PKS: Elektabilitas Anies Naik 27 Persen Versi Lembaga Survei Australia
PKS menyebut lembaga survei lokal kerap diasumsikan sebagai pesanan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Partai Keadilan Sejahtera (PKS) optimistis bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan mampu memenangkan Pilpres 2024. Juru bicara PKS Pipin Sopian menuturkan, elektabilitas Anies merangkak naik 27 persen berdasarkan hasil survei terkini.
Ia mengatakan, kenaikan elektabilitas itu berdasarkan hasil survei lembaga riset asal Australia Utting Research. Meski tetap di posisi tiga, tetapi elektabilitas Anies berdasarkan lembaga ini mulai mendekat dengan Ganjar Pranowo yang memperoleh 34 persen dan Prabowo Subianto 33 persen.
Pipin menilai angka itu sangat berpotensi naik karena sebanyak 81 persen responden menginginkan adanya perubahan. Baik keberlanjutan yang disertai perubahan maupun maupun perubahan yang dilakukan secara penuh.
"Elektabilitas ABW (Anies Baswedan) naik karena ternyata hanya 18 persen yang menginginkan keberlanjutan penuh yang ditawarkan Prabowo dan Ganjar," kata Pipin dalam keterangan yang diterima wartawan, Ahad (30/7/2023).
Apalagi, lanjut Pipin, dukungan dari berbagai elemen masyarakat terhadap Anies setiap saat mengalami peningkatan. Mulai dari kalangan ulama dan kaum santri, seniman, hingga para pekerja atau buruh.
PKS menilai kenaikan elektabilitas Anies ini memberikan keyakinan suara Anies akan bounce back dan akan terus naik hingga Pilpres 2024. Menurutnya, elektabilitas Ganjar Pranowo yang mencapai 34 persen dan Prabowo Subianto 33 persen saat ini berpotensi disalip oleh Anies Baswedan saat Pilpres 2024 berlangsung.
"Lembaga survei asing, kami percaya tanpa kepentingan, sedangkan lembaga survei lokal biasanya kerap diasumsikan sebagai pesanan," ujar Pipin.
Survei dari Lembaga Utting Research Australia menempatkan Anies Baswedan di posisi tiga dengan suara 27 persen dibandingkan Ganjar Pranowo 34 persen dan Prabowo Subianto 33 persen. Menurut Tatak, survei merupakan gambaran keadaan pada saat pengambilan sampel sehingga sangat bisa berubah pada waktu-waktu yang lain.
Selain itu, lanjut dia, survei juga memiliki potensi salah, baik disebabkan unsur sampling atau sampling error maupun potensi kesalahan di luar sampling (non-sampling error) yang tidak bisa diabaikan.
"Bisa saja kenyataan sesungguhnya berbeda dari potret hasil survei. Hal ini terbukti pada waktu Pilkada DKI Jakarta, Anies yang selalu ditempatkan sebagai underdog oleh berbagai survei sebelumnya, tetapi pada hari-H pilkada, Anies justru menang," katanya menegaskan.