Surat Terbuka Guntur Romli Hengkang dari PSI: Karena Prabowo, Saya Keluar
Guntur Romli bukan pengurus tapi politisi aktif di PSI
Oleh : Eks politisi PSI, Guntur Romli
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Pertama saya ingin mengucapkan terima kasih kepada kawan-kawan media yang sudah hadir hari ini.
Saya ingin menyampaikan hal yang sebenarnya berat bagi saya, karena terkait relasi antara saya dan kawan-kawan yg saya sudah anggap sebagai saudara sendiri, dan PSI yang selama ini saya anggap sebagai "Rumah Politik" saya, mulai hari ini saya menyatakan keluar dari PSI, sebagai anggota dan kader PSI.
Saya bukan pengurus PSI, tapi selama ini saya sudah dikenal sebagai politisi PSI karena 2019 saya menjadi Caleg DPR RI dari PSI dan Jubir PSI.
Saya ingin berterima kasih kepada semua Bro dan Sis di PSI atas kebersamaan dan solidaritas selama ini dan meminta maaf apabila ada hal-hal yang tak berkenan. Pada Bro Ketum Giring, Sisjen Isyana, dan semuanya.
Khususnya kepada Bro Raja Juli Antoni, yang mengajak saya ke PSI tahun 2016, terima kasih telah memberikan kesempatan. Bro Raja Juli Antoni adalah sosok pemimpin, intelektual, aktivis yang tetap akan saya kagumi.
Big bro: Jeffrie Geovanie (JG), sosok yang penuh dedikasi terhadap pemikiran, pencerahan, dan masa depan anak-anak muda, sosok yang terus akan saya kagumi, yang sudah saya kenal sejak sebelum ada PSI.
Bro JG dan Bro Raja Juli Antoni adalah "anak-anak ideologis" almarhum Buya Syafii Maarif, sosok yang saya kagumi bersama Gus Dur.
Meskipun PSI bukan rumah politik saya yang pertama, saya pernah menjadi Ketua PKB Cabang Luar Negeri Mesir tahun 2002-2004 era Gus Dur, namun di PSI lah saya benar-benar ditempa menjadi politisi yang punya idealisme, punya DNA: keberagaman (anti intoleransi) dan kebajikan (anti korupsi).
Bersama PSI benar-benar menikmati perjuangan politik yang penuh dinamika: Pilkada DKI 2016-2017 membela Ahok, hingga Pemilu 2019, ikut memenangkan Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin. Saya juga salah satu Caleg PSI pada tahun 2019.
Saya menerima tawaran masuk PSI karena saya merasa waktu itu cocok dengan DNA PSI.
Sebelum masuk PSI saya memang bergerak di medan perjuangan itu, melawan intoleransi dan radikalisme, praktik-praktik korup dan memperjuangkan toleransi, kebhinnekaan dan prinsip-prinsip kemanusiaan.
Namun ada hal yang menganggu hati nurani saya dan idealisme saya dengan kehadiran Prabowo Subianto di DPP PSI, Rabu 2 Agustus 2023.
Saya tidak pernah diberi tahu, apalagi diberi penjelasan oleh kawan-kawan Pengurus PSI soal kehadiran Prabowo itu baik sebelum dan sesudahnya, saya hanya bisa membaca dan menonton di media.
Baca juga: Buntut Hina Jokowi, Rocky Gerung Digugat tak Boleh Jadi Pembicara Seumur Hidup
Saya sungguh terkejut, karena masih ingat Januari 2019, PSI pernah memberikan "Award Kebohongan Terlebay" pada Prabowo Subianto karena mengeluarkan pernyataan selang cuci darah RSCM digunakan berkali-kali sampai 40 pasien, dan langsung dibantah oleh Direktur RSCM waktu itu.
PSI memilih Jokowi pada 2019--saya sendiri pendukung dan pemilih Jokowi sejak 2014, bahkan sejak Pilgub DKI 2012--karena rekam jejak Jokowi yang berhasil memimpin Indonesia selama 5 tahun: 2014-2019, dibanding rekam jejak Prabowo dan keterlibatan tokoh-tokoh intoleran dan radikal, pemain politik identitas dan isu SARA yang mengancam keutuhan dan kebhinnekaan Indonesia, dan beberapa tokoh itu masih ada di sekitar Prabowo saat ini.
Saya tidak sedang melancarkan politik kebencian pada Pak Prabowo, saya menghormati beliau sebagai sosok manusia dan tokoh politik, tapi rekam jejak tak bisa dihapus, fakta sejarah tak bisa diingkari, keterlibatan beliau dengan pelanggaran HAM di masa lalu, penculikan aktivis, beberapa dari mereka tak diketahui nasibnya hingga saat ini, sehingga beliau diberhentikan dari TNI, adalah fakta sejarah yang tak bisa dibantah dan hingga saat ini keluarga aktivis yang dihilangkan itu masih menuntut keadilan sampai saat ini.
Saya menghormati Pak Prabowo sebagai menteri di Kabinet Pak Jokowi, namun saya melihat kinerja Pak Prabowo akan menjadi beban di pemerintahan Pak Jokowi terkait dugaan kegagalan food estate yang di bawah Kemenhan (tapi sukses di bawah kementrian yang lain) dan pembelian pesawat bekas dari Qatar, yang saya baca di media: pada era Menhan Pak Juwono Sudarsono pada 2009 yang tidak mau diberi hibah pesawat-pesawat itu, mau dikasi gratis saja tidak mau, kok sekarang Prabowo malah membeli pesawat bekas itu dengan harga mahal?
Karena segala rekam jejak Pak Prabowo dan kinerjanya itu, dengan segala hormat, tanpa maksud merendahkan Pak Prabowo, menurut pertimbangan rasional dan ideologis, saya haqqul yakin dan percaya Ganjar Pranowo yang layak menjadi penerus Joko Widodo tahun 2024.
Karena persamaan ideologi Pak Jokowi dan Pak Ganjar, persamaan gaya kepemimpinan dan pelayanan, merakyat, dekat dengan rakyat, senantiasa blusukan, bertemu dengan rakyat, apapun resiko dan keluhannya, jujur, bersih, lurus, tidak neko-neko: "Jokowi di Hati, Ganjar Dinanti" dan juga berdasarkan hasil Rembuk Rakyat yang diumumkan PSI pada Oktober 2022.
Meskipun yang saya baca, baik dari media dan medsos, kawan-kawan PSI menyatakan kehadiran Pak Prabowo itu hanya silaturahim politik biasa, tapi "tondo-tondo" koalisi PSI dan Prabowo akan menjadi kenyataan, hanya soal waktu saja.
Baca juga: Alquran Bukan Kalam Allah SWT Menurut Panji Gumilang, Ini Bantahan Tegas Prof Quraish
Sebagai orang yang mendaku spartan, Ketua Umum Ganjarian, saya tidak mungkin punya sikap politik yang abu-abu. Saya harus menyatakan sikap. Dan harus memilih.
Sebelum ini saya mengenal PSI sebagai 'rumah politik perjuangan' yang penuh dengan keberanian, tak gentar menyatakan sikap dan berjuang untuk melawan intoleransi, korupsi, membangun solidaritas kemanusiaan, merawat kebhinnekaan, mempertahankan prinsip-prinsip dan idealisme. Politik Keberanian. Politik Perjuangan.
Namun akhir-akhir ini saya melihat PSI seperti terjebak dalam politik sentimentil, merasa dihina, dilepeh, diludahi, merasa ditolak 'cinta'nya, ngambekan, terkesan politik "menye-menye". "Melow".
Tapi semoga, kesan saya itu, saya keliru.
Namun alasan yang sebenarnya, saya akhirnya memutuskan keluar dari PSI adalah kehadiran Prabowo di DPP PSI dan "tondo-tondo" koalisi PSI dengan Prabowo itu tanpa dibuka terlebih dahulu ruang diskusi dan perdebatan karena terkait nilai-nilai dan prinsip-prinsip sama-sama kita perjuangkan selama ini.
Akhirul kalam, saya tetap mendoakan PSI sukses untuk masa depannya.
Sekian, terima kasih.
Jakarta 5 Agustus 2023
Mohamad Guntur Romli