Sabar Untuk Keselamatan
Terkadang, kita tidak sadar bahwa rasa kesabaran itu sangat-lah berat, dalam kehidupan tidak pernah ada jeda dan terus berjalan tanpa henti.
Akhir-akhir ini, setidaknya tiga bulan terakhir, saya mencatat terjadi beberapa Peristiwa Luar Biasa Hebat (PLH) kereta api vs kendaraan. kejadian yang terbaru adalah PLH KA Gajayana yang tertemper truk di lintas Baron Kertosono.
Lalu kecelakaan Kereta Api Brantas di Semarang yang menabrak truk hingga terbakar dan viral di media sosial. Di hari yang sama terjadi juga PLH antara Kereta Api Kuala Stabas dengan Truk Tebu di palang pintu liar petak Blambangan Pagar – Kalibalangan, Lampung Utara.
Memang tidak banyak menelan korban, namun gangguan perjalanan seperti ini sangat tidak diharapkan oleh penumpang. Dampaknya, Penumpang KA harus menunggu lama untuk sampai tujuan atau berpindah moda transportasi lain yang disediakan oleh KAI.
Jangan tanyakan kerugian material yang dialami oleh PT. KAI. Jelas, mereka mengalami kerugian besar, mulai dari rusaknya sarana dan prasarana hingga terjadinya gangguan kereta api yang menyebabkan keterlambatan keberangkatan maupun kedatangan KA.
Lagi-lagi, hampir semua PLH di perlintasan sebidang disebabkan oleh kurang hati-hatinya pengguna jalan raya terhadap kereta api yang lewat. Saya mengerti, terkadang pengguna jalan raya harus mengejar target atau sampai tepat waktu, namun ada saatnya juga kita sabar dan berhenti sejenak untuk keselamatan bersama.
***
Setiap pagi, saya melewati perlintasan sebidang Kereta Api di Jalan Percetakan Negara, tepat setelah stasiun Kramat. Pemandangan yang rutin saya lihat banyak pengendara yang tidak peduli terhadap dirinya sendiri.
Misalnya, ketika palang pintu sudah ditutup, mereka tetap memaksakan untuk melewati perlintasan, bahkan tak sedikit pengendara yang menunggu kereta api lewat dengan jarak yang sangat dekat dengan rel sehingga berpotensi terjadi kecelakaan.
Kejadian seperti ini, sering saya saksikan di kota-kota bahkan di pedesaan yang memiliki jalur kereta api dengan jadwal padat. Misalnya, Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta hingga Surabaya. Tak jarang pengendara khususnya kendaraan roda dua lebih memilih menerobos dari pada sabar sejenak sambil beristirahat.
Alasan mereka menerobos cukup beragam, mulai dari takut terlambat masuk kerja, hingga lama menunggu kereta yang lewat, karena di beberapa perlintasan sebidang bisa terjadi persilangan yang dilewati bahkan hingga 4 kereta api dalam satu kali menutup palang pintu, sehingga pengendara banyak yang menerobos dan enggan untuk menunggu.
Apa yang dilakukan pengendara di atas tentu berpotensi kecelakaan karena kereta api tidak bisa mengerem secara mendadak. Jika kendaraan yang memaksa menerobos palang pintu lalu tiba-tiba berhenti di tengah rel, Sudah dipastikan akan tertabrak walaupun masinis akan berusaha untuk menghentikan kereta yang dibawanya.
Menurut informasi kawan saya yang bekerja sebagai masinis, kejadian kereta api menabrak kendaraan ataupun orang sering terjadi, bahkan sehari bisa ada beberapa tabrakan, namun jika tidak terjadi PLH, masinis akan menghentikan kereta apinya sejenak untuk melihat kondisi rangkaian dan juga korban.
Seharusnya, masyarakat paham bahwa mendahulukan perjalanan kereta api adalah sebuah keselamatan, selain perjalanannya yang dilindungi undang-undang, kereta juga membawa ribuan manusia sehingga tidak bisa mengorbankan perjalanannya begitu saja.
***
Melihat banyak kejadian PLH yang disebabkan kelalaian sopir karena tidak sabar dalam menunggu kereta api membuat saya termenung, bahwa menunggu atau sabar sebentar saja bisa menjadi keselamatan hidup kita.
Terkadang, kita tidak sadar bahwa rasa kesabaran itu sangat-lah berat. Dalam kehidupan, jika tidak pernah ada “jeda” dan terus berjalan tanpa henti. Bisa saja, ketika kita tidak menyempatkan untuk jeda dan bersabar sebentar maka terjadi “tabrakan” dalam hal lain.
Contohnya, dalam pekerjaan yang terkadang ada orang berpikir hidupnya hanya untuk pekerjaan. Memang semua butuh uang, namun ternyata butuh kesabaran juga agar melengkapi usaha dan mencapai tujuan atau mendapatkan uang itu.
Jangan sampai, ketika kita terus menerus bekerja tanpa adanya kesabaran untuk menunggu malah kita yang tidak selamat. Sudah banyak kasus orang-orang yang terus bekerja tanpa istirahat yang akhirnya sakit parah dan meninggal. Lalu perusahaannya? Ya mencari pengganti.
Tapi itulah sifat manusia, terkadang tidak sabar. Harus terus bergerak untuk mencapai keinginan, bahkan tidak memikirkan diri sendiri. Belum lagi, jika ada tekanan dalam gerakan itu sehingga tidak bisa berhenti untuk bergerak.
Terakhir, percayalah, sekali-kali kita harus sabar sejenak, berhenti atau jeda sejenak dalam kehidupan ini. Tentu tujuan berhenti dan sabar sejenak agar tidak terjadi kecelakaan yang menghilangkan keselamatan kita.
Kalau memang tujuan kita belum tercapai, bersabarlah sejenak agar tidak terjadi kecelakaan. Apalagi jika palang kereta api sudah berbunyi. Berhenti dan Bersabarlah!
Fathin Robbani Sukmana, Pengguna KRL dan Kereta Api