AS Siapkan Pencegat Rudal Hipersonik Rusia
Juni lalu, Israel menyatakan sedang mengembangkan penangkal rudal hipersonik Iran.
REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO – Jepang dan AS pekan ini bersepakat untuk bersama-sama mengembangkan pencegat rudal hulu ledak rudal hipersonik yang dikembangkan Rusia, Cina, dan Korea Utara (Korut). Surat kabar Jepang, Yomiuri melaporkan hal tersebut, Ahad (13/8/2023).
Tak seperti hulu ledak rudal balistik yang bisa diprediksi arah terbangnya, seperti melayang di udara kemudian mengarah ke target, rudal hipersonik dapat mengubah arahnya. Membuat rudal ini lebih sulit dilumpuhkan.
Rusia memiliki rudal hipersonik dengan nama Kinzhal. Pada 2018, President Vladimir Putin, mengungkapkan, Kinzhal merupakan generasi baru senjata milik Rusia. Ia kerap menyatakan, ini bukti Rusia mampu mengembangkan perangkat militer lebih baik, mengalahkan NATO.
Kinzhal, yang berarti pisau belati, mampu membawa hulu ledak konvensional maupun nuklir dengan jarak hingga 2.000 km. Rusia menggunakannya pertama kali dalam perang di Ukraina. Mereka mengakui hanya menggunakannya sesekali.
Dengan keterangan berita Yomiuri Rusia bisa saja sedang mengembangkan rudal hipersonik lain dengan versi lebih baru. Kesepakatan antara Jepang-AS muncul saat pertemuan Perdana Menteri Fumio Kishida dan Presiden Joe Biden, Jumat (11/8/2023).
Pejabat di Kementerian Luar Negeri Jepang tak bisa dikontak untuk diminta respons atas berita ini. ‘’Biden dan Kishida bertemu di sela pertemuan tiga negara yang juga melibatkan Presiden Korsel Yoon Suk Yeol, di Camp David, Maryland, AS,’’ demikian laporan Yomiuri.
Pada Januari lalu, AS dan Jepang mempertimbangkan untuk mengembangkan pencegat rudal hipersonik ketika Menlu AS Antony Blinken dan Menhan Lloyd Austin bertemu Menlu Jepang Yoshimasa Hayashi dan Menhan Yasukazu Hamada.
Kesepakatan tersebut merupakan yang kedua dalam pengembangan teknologi rudal pertahanan. Washington dan Tokyo mengembangkan rudal berjangkauan lebih jauh yang bisa menghantam hulu ledak di angkasa.
Jepang juga mengerahkan kapal perang di laut yang berada di antara perairan Jepang dan Semenanjung Korea, untuk mencegat serangan rudal Korut.
Juni lalu, Israel menyatakan sedang mengembangkan penangkal rudal hipersonik dengan nama SkySonic. Pengumuman ini tak lama berselang setelah Iran menyatakan mampu memproduksi rudal hipersonik sendiri dan diklaim mustahil ditangkal sistem pertahanan udara manapun.
Perusahaan pertahanan milik pemerintah, Rafael Advanced Defense Systems Ltd akan menggarap penangkal rudal hipersonik ini. Rafael juga diketahui berada di balik sistem pertahanan udara yang selama diandalkan Israel, yaitu Iron Dome dan David's Sling.
"SkySonic bisa membuat kita mengadang semua bentuk ancaman rudal balistik hipersonik maupun rudal jelajah hipersonik," kata Dirut Rafael Rafael Advanced Defense Systems Ltd, Yuval Steinitz, Rabu (14/6/2023).
Pentagon atau Departemen Pertahanan AS, menurut manajemen Rafael, diberi tahu mengenai pengembangan SkySonic ini. Namun, mereka menolak memberikan keterangan kapan militer Israel akan mengerahkan penangka rudal hipersonik ini.
Kementerian Pertahanan Israel juga belum memberikan komentar mengenai proyek tersebut. Rudal hipersonik mampu melesat dengan kecepatan lima kali kecepatan udara. Dengan kecepatan seperti itu, sulit rudal tersebut ditembak jatuh oleh musuh.
Sebuah video animasi yang dirilis Rafael menunjukkan, SkySonic diluncurkan dengan arah tegak lurus dari baterai peluncurnya. Hulu ledak rudal ini kemudian terbuka dan terbang dengan pendorongnya sendiri mengarah ke rudal hipersonik yang dibidik.
Rafael mengungkapkan, sistem penangkal rudal hipersonik ini akan dipaparkan di Paris Air Show pekan depan. Rival utama Israel, Iran, pada 6 Juni memublikasikan bahwa mereka telah mampu memproduksi sendiri rudal balistik hipersonik dengan julukan Fattah.
Rudal ini mampu mencapai kecepatan 15 ribu km/jam. Menurut televisi Pemerintah Iran, rudal hipersonik ini mampu mengelak sistem pertahanan Israel, seperti iron dome. Saat itu, Israel menegaskan tak risau dengan klaim Iran.
"Dengan perkembangan apa pun, kami memiliki respons yang lebih baik,’’ kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant. Namun, saat itu ia tak menjelaskan secara perinci apa maksud dari ucapannya tersebut.