Kurangi Polusi Udara, Pemerhati Iklim: Siram Halaman dan Jalan
Untuk menghemat air, masyarakat dapat menggunakan air bekas cucian buat siram jalan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerhati Iklim Dedi Sucahyono menilai gerakan masyarakat untuk aktif menyirami lingkungannya secara rutin dapat menjadi salah satu langkah mengurangi polusi udara pada musim kemarau. Ia menyarankan halaman rumah dan jalanan bisa disiram setiap hari.
"Masyarakat perlu diedukasi sesegera mungkin untuk melakukan hal tersebut," ujar Dedi dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (15/8/2023).
Bagaimana melakukannya di tengah musim kemarau berat? Dedi yang juga Staf Pengajar Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG) Jakarta itu menyebut, untuk menghemat air maka masyarakat dapat menggunakan air bekas cucian, baik pakaian atau sayur, untuk menyiram.
Dedi menyampaikan polutan (PM2.5) di DKI Jakarta pada Senin (14/8/2023) pagi pukul 08.00 WIB mencapai angka 153 Indeks Kualitas Udara (AQI). Sementara itu, berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada Selasa (15/8), AQI di Jakarta berada di angka 113 atau masuk dalam kategori tidak sehat.
Dedi mengatakan gas buang kendaraan sering disebut sebagai biang kerok tingginya polutan di DKI Jakarta. Padahal, polutan yang bersumber dari material lain seperti debu yang berasal dari tutupan lahan/permukaan tanah, bangunan, atau jalanan juga cukup signifikan memperparah polusi.
Aktivitas gesekan laju kendaraan dengan permukaan beton atau jalanan juga banyak menimbulkan debu-debu halus sebagai partikel udara yang berukuran lebih kecil dari atau sama dengan 2.5 µm (mikrometer) atau yang dikenal dengan PM 2.5. Ja,di bukan hanya peran gas buang kendaraan saja yang menambah polutan di Jabodetabek.
Seiring dengan musim kemarau yang kering maka polutan tersebut tetap bertahan. Alhasil, itu makin memperparah keadaan polusi udara.
"Hujan secara alami akan dapat melarutkan polutan atau mengurangi polusi udara," katanya.