Dampak Buruk Polusi Udara Bagi Manusia: ISPA Hingga Kanker Paru

Polusi udara berhubungan dengan penyakit paru dan pernapasan.

Republika/Thoudy Badai
Foto kiri kondisi langit Jakarta pada tanggal 12 Desember 2020, foto kanan kondisi langit Jakarta, Senin (14/8/2023). WHO mencatat 92 persen penduduk di dunia menghirup udara berkualitas buruk.
Rep: Desy Susilawati Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, saat ini 92 persen penduduk dunia menghirup udara dengan kualitas udara yang buruk. WHO mencatat setiap tahun ada 7 juta kematian (2 juta di asia tenggara) berhubungan dengan polusi udara luar ruangan dan dalam ruangan. 

Baca Juga


Menurut Dr dr Feni Fitriani Taufik, SpP(K), polusi udara berhubungan dengan penyakit paru dan pernapasan (seperti infeksi saluran pernapasan akut/ISPA, asma, bronkitis, penyakit paru obstruktif kronik atau PPOK, dan kanker paru), penyakit jantung, dan strok. 

"Menurut data WHO, polusi udara di seluruh dunia berkontribusi 25 persen pada seluruh penyakit dan kematian akibat kanker paru, 17 persen seluruh penyakit dan kematian akibat ISPA, 16 persen seluruh kematian akibat strok, 15 persen seluruh kematian akibat penyakit jantung iskemik dan 8 persen seluruh penyakit dan kematian akibat PPOK," jelasnya dalam konferensi pers Polusi Udara dan Kesehatan Paru, Jumat (18/8/2023).

Populasi rentan terhadap polusi udara adalah anak-anak, usia lanjut, perempuan, pekerja luar ruangan dan populasi yang sudah mempunyai penyakit paru atau jantung. WHO menyatakan, polusi udara berdampak pada anak-anak seperti 14 persen anak usia 5 sampai 18 tahun memiliki asma yang terkait polusi udara dan terdapat 543 ribu kematian anak usia di bawah 5 tahun tiap tahun karena penyakit pernapasan berhubungan dengan polusi udara. Polusi udara juga berhubungan dengan risiko ISPA, penurunan fungsi paru, risiko kanker pada anak, gangguan perkembangan mental dan motorik, serta gangguan kognitif pada anak maupun remaja.

Beberapa data penelitian di Asia Pasifik menunjukkan, paparan polusi udara jangka pendek berhubungan dengan peningkatan gejala pernapasan seperti batuk, sesak napas, dan peningkatan kunjungan rumah sakit karena infeksi saluran pernapasan, serangan asma, dan PPOK. Pajanan polusi udara jangka panjang (kronik) berhubungan dengan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penurunan fungsi paru, peningkatan risiko timbul asma dan PPOK, serta kanker paru. WHO memperkirakan, penyakit tidak menular (PTM) yaitu strok, jantung iskemik, PPOK, dan kanker paru terkait polusi udara menyebabkan 62 ribu kematian di Indonesia pada 2012.  Beberapa penelitian lokal di Indonesia menunjukkan polusi udara berhubungan dengan masalah kesehatan paru seperti penurunan fungsi paru (21 persen sampai 24 persen), asma (1,3 persen), PPOK (prevalens 6,3 persen pada bukan perokok) dan kanker paru (4 persen dari kasus kanker paru).

Di sisi lain, polusi udara harus menjadi perhatian serius semua pihak karena berdampak juga pada penurunan produktivitas kerja, angka bolos sekolah, dan mangkir kerja karena menderita sakit akibat dampak polusi udara yang buruk. Penelitian Hasuman dan kawan-kawan menunjukkan peningkatan partikulat di udara berhubungan dengan 10 persen peningkatan mangkir kerja. Penelitian oleh Neidel M di Amerika Serikat menunjukkan bahwa polusi udara berhubungan dengan penurunan produktivitas kerja.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler