Ini Strategi Optimalkan Aset Kripto di Tengah Volatilitas Pasar

Investor perlu melakukan riset dan memahami profil risiko masing-masing.

Pixabay
Uang kripto (ilustrasi)
Rep: Retno Wulandhari Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan pasar kripto masih cenderung volatil secara signifikan selama satu pekan terakhir. Melansir data Coinmarketcap, Selasa (22/8/2023), harga sejumlah aset seperti Bitcoin melemah 11,14 persen dan berada di level 26.153,42 dolar AS per koin atau 400,79 juta (kurs Rp 15.324,70 per dolar AS).

Baca Juga


Sementara Ethereum (ETH) melemah 9,24 persen dalam sepekan, berada di level 1.670 dolar AS atau 25,6 juta. Kemudian Binance coin (BNB) melemah 12,05 persen dalam sepekan, yang membuat BNB berada di harga 211,53 dolar AS atau 3,24 juta per koin.

Kendati masih ada potensi untuk menghijau, kondisi tersebut perlu diperhatikan oleh investor aset kripto untuk menyusun kembali strategi investasinya. CCO Reku, Robby, menjelaskan investor perlu melakukan riset mendalam dan memahami profil risiko masing-masing di tengah volatilitas pasar. 

“Ini penting untuk membantu investor dalam membuat perencanaan yang matang. Investor juga dapat lebih bijak dalam memilih jenis aset yang sesuai dengan profil risikonya,” ujar Robby.

Robby melanjutkan, investor juga bisa memilih sejumlah teknik untuk mengoptimalkan aset. Di antaranya seperti Dollar Cost Averaging atau DCA, yang mana investor membeli sejumlah aset secara rutin dan disiplin. Selain itu, investor juga bisa melakukan staking atau mengunci aset kripto untuk memperoleh passive income.

Reku sebagai pedagang aset kripto yang terdaftar di CFX, mencatat fitur staking menjadi salah satu pilihan utama investor di kondisi volatil. Fitur staking memungkinkan pengguna mendapatkan rewards sebagai imbal atas partisipasi mereka dalam perkembangan blockchain hingga 12,5 persen per tahun. 

Selain itu, pengguna juga mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga per koinnya serta bisa melakukan stake dan unstake secara fleksibel. Robby menyatakan Reku mencatat pertumbuhan volume pada fitur Reku hingga 100 persen sejak Juni.

Menariknya, 70 persen pengguna fitur staking di Reku adalah milenial. Tingginya partisipasi milenial pada staking menunjukkan tingginya demand dalam fitur ini serta kecermatan mereka dalam berinvestasi di aset kripto.

"Melalui staking, investor tetap bisa memperoleh passive income berkelanjutan selagi menanti pasar masuk ke zona hijau. Sehingga pilihan ini terbilang cukup strategis,” ujar Robby.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler