Turki Lanjutkan Kembali Pembicaraan Kesepakatan Biji-bijian dengan PBB dan Barat

Turki akan melakukan lebih banyak upaya untuk melanjutkan kesepakatan biji-bijian

AP
Masalah keamanan operasi jalur distribusi gandum masuk dalam agenda pertemuan tingkat tinggi perwakilan Turki, Rusia, Ukraina, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang akan diselenggarakan pada 10-11 Mei di Istanbul
Rep: Amri Amrullah Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki bermaksud untuk melakukan lebih banyak upaya untuk melanjutkan pembicaraan terkait kesepakatan biji-bijian. Upaya pembicaraan kembali kesepakatan ini, dengan mempertimbangkan harapan semua pihak dan melanjutkan pembicaraan dengan PBB dan negara-negara Barat tentang masalah ini, kata seorang sumber di Ankara kepada TASS.

"Dalam waktu dekat, Turki akan melakukan lebih banyak upaya untuk melanjutkan kesepakatan biji-bijian dengan persyaratan yang adil yang memenuhi harapan semua pihak, termasuk Rusia. Untuk itu, Ankara akan melanjutkan kontaknya dengan PBB dan negara-negara Barat," kata sumber tersebut, dilansir Selasa (22/8/2023).

Kesepakatan biji-bijian berakhir pada 17 Juli. Rusia yang keluar dari kesepakatan tersebut, telah menyetujui perpanjangan perjanjian Istanbul pada Juli 2022 yang menciptakan koridor Laut Hitam untuk kapal-kapal yang mengangkut biji-bijian Ukraina beberapa kali.

Namun akhirnya Rusia tidak memperpanjang, sebab kegagalan mitra-mitra kesepakatannya dalam memenuhi ketentuan-ketentuan yang diinginkan Moskow dari kesepakatan tersebut. Diantaranya yang menyerukan untuk menghilangkan hambatan terhadap ekspor pertanian Rusia.

Moskow juga mencatat bahwa, meskipun perjanjian Istanbul dimaksudkan untuk memastikan ketahanan pangan bagi negara-negara yang paling membutuhkan. Faktanya sebagian besar biji-bijian Ukraina sebenarnya dikirim ke negara-negara Barat yang kaya.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Moskow dapat mempertimbangkan untuk melanjutkan kesepakatan biji-bijian jika semua ketentuan yang berhubungan dengan Rusia benar-benar dilaksanakan.

Kemudian, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa karena penghentian kesepakatan biji-bijian tersebut, Moskow akan mengawasi semua kapal yang berlayar ke pelabuhan Ukraina di Laut Hitam mulai 20 Juli sebagai pembawa kargo militer.

Dan negara-negara bendera kapal-kapal tersebut akan dianggap terlibat dalam konflik Ukraina, namun melawan Rusia. Selain itu, kementerian tersebut mengatakan bahwa sejumlah wilayah laut di bagian barat laut dan tenggara perairan internasional Laut Hitam telah dinyatakan berbahaya untuk sementara waktu untuk navigasi.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler