Kisah Pernikahan Awal Nabi Adam dan Siti Hawa
Pernikahan Nabi Adam dan Siti Hawa dengan mahar berupa shalawat atas Nabi Muhammad SAW.
Kisah Pernikahan Awal Nabi Adam dan Siti Hawa
Oleh: Syahruddin El-Fikri
Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman kepada malaikat-malaikat-Nya, bahwa Dirinya akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Namun, malaikat-malaikat-Nya terkesan ragu dan mempertanyakan maksud Allah untuk menciptakan manusia itu. Pasalnya, sebelumnya telah ada makhluk yang diciptakan Allah dan ditempatkan di muka bumi, namun mereka berbuat kerusakan.
Percakapan antara Allah dan malaikat-malaikat-Nya itu terekam dalam Surah Al-Baqarah [2] ayat 30.
وَاِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلٰٓٮِٕكَةِ اِنِّىۡ جَاعِلٌ فِى الۡاَرۡضِ خَلِيۡفَةً ؕ قَالُوۡٓا اَتَجۡعَلُ فِيۡهَا مَنۡ يُّفۡسِدُ فِيۡهَا وَيَسۡفِكُ الدِّمَآءَۚ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَـكَ ؕ قَالَ اِنِّىۡٓ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat; “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang-orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al-Baqarah [2]:30).
Selain ayat di atas, masih banyak lagi ayat-ayat Al-Quran yang menceritakan tentang kisah penciptaan Nabi Adam AS. Dalam Al-Quran, nama Adam disebut sebanyak 25 kali, dan kisahnya antara lain dipaparkan dalam Surah Al-Baqarah [2]:30-39, Al-A’raaf [7]:11-25, Al-Hijr [15]:26-38, Al-Isra' [17]:61-65, Thaha [20]:115-127, dan Shad [38]:71-78.
Secara umum disebutkan, Adam adalah salah satu makhluk Allah. Awalnya, ia dan Hawa tinggal bersama untuk menjalani kehidupan di Surga. Namun kemudian Allah menurunkannya ke bumi untuk menjadi khalifah (pengelola bumi). Bersama istri dan keturunannya, Adam menjadi penghuni dan pengelola bumi.
Kisah diturunkannya Adam ke bumi, diawali saat Adam dan Hawa memakan buah khuldi di surga. Allah melarang keduanya untuk memakan buah khuldi.
وَقُلۡنَا يٰٓـاٰدَمُ اسۡكُنۡ اَنۡتَ وَزَوۡجُكَ الۡجَـنَّةَ وَكُلَا مِنۡهَا رَغَدًا حَيۡثُ شِئۡتُمَا وَلَا تَقۡرَبَا هٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُوۡنَا مِنَ الظّٰلِمِيۡنَ
“Dan Kami berfirman; “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini (khuldi--Red), yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.” (QS Al-Baqarah [2]:35).
وَيٰۤاٰدَمُ اسۡكُنۡ اَنۡتَ وَزَوۡجُكَ الۡجَـنَّةَ فَـكُلَا مِنۡ حَيۡثُ شِئۡتُمَا وَلَا تَقۡرَبَا هٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُوۡنَا مِنَ الظّٰلِمِيۡنَ
"Hai Adam, diamlah engkau bersama istrimu di dalam surga dan makanlah (serta nikmatilah) apa saja yang kamu berdua ingini, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini karena (apabila mendekatinya) kamu berdua akan menjadi zalim." (QS Al-A’raf: 19).
Dalam ayat ke-35 Surah al-Baqarah dan Surah al-A’raf ayat 19 tersebut, secara jelas Allah menyebutkan agar Adam dan istrinya tinggal di Surga. Ada istri, tentu ada suami. Dan suami-istri itu disahkan melalui sebuah akad nikah (pernikahan). Bagaimanakah proses pernikahan kedua nenek moyang manusia itu?
Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu (RA) meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Allah menciptakan Nabi Adam pada hari Jumat, Allah menempatkan Nabi Adam ke surga pada hari Jumat, Allah mengeluarkan Nabi Adam dari surga juga pada hari Jumat, Allah menerima taubat Nabi Adam pada hari Jumat. Maka, tak ada yang menghalangi doa seorang Muslim kepada Allah pada hari Jumat, kecuali Allah mengabulkan doanya.”
Adapun kisah pernikahan Nabi Adam AS dengan Hawa sebagaimana diceritakan dalam kitab “As-Sabiyyatu Fi Mawaidhil Birriiyat” karya Abi Nashr Muhammad bin Abdurrahman al-Hamadzany adalah sebagai berikut:
Baca Juga: Kisah Kehancuran Kaum Tsamud, Umat Nabi Saleh
lanjut...
“Ketika Allah menciptakan Adam AS, maka Adam melihat ke langit dan di bumi, tidak ada seorang pun yang sejenis dengannya. Keadaan ini membuat hatinya gelisah karena tiadanya teman yang sejenis dengan dirinya.
Pada suatu hari, tatkala Nabi Adam sedang duduk, tiba-tiba datang rasa kantuk yang begitu dahsyat. Tak lama kemudian, Adam tertidur. Di saat itulah, diantara tidur dan bangun, Allah memerintahkan Malaikat Jibril untuk mengeluarkan tulang rusuk dari pinggang kiri Nabi Adam. Karena tertidur nyenyak dan atas kehendak (iradat) Allah, Adam tak merasa sakit sedikit pun saat tulang rusuknya dicabut.
Dari tulang rusuk Nabi Adam itulah, Allah menciptakan seorang perempuan yang bernama Hawa. Allah menciptakan keindahan, keanggunan, kecantikan dan keelokan pada diri Hawa. Selain itu, Allah juga meletakkan sifat kebersihan dan kesopanan pada diri Hawa. Sedangkan sifat kerinduan, kecintaan, kesenangan dan kasih sayang diletakkan Allah di hati Nabi Adam, sehingga Hawa adalah makhluk Allah yang paling cantik di langit dan di bumi, sedangkan Nabi Adam adlah makhluk Allah yang sangat merindukan di langit dan di bumi.
Kemudian Allah memberikan pakaian pada Hawa dengan 70 perhiasan dari aneka macam perhiasan surga, memberinya mahkota dan mendudukkannya diatas kursi yang terbuat dari emas. Maka, tatkala Adam terbangun dari tidurnya, Allah memperlihatkan Hawa kepadanya.
فناداها ادم من أنت ولمن أنت فقالت حواء: خلقنى الله تعالى لأجلك فقال ائتينى قالت بل أنت فقام ادم وهب اليها فمن ذلك الوقت جرت العادة بذهاب الرجل الى المرأة فلما قرب منها وأراد أن يمد يده اليها سمع النداء ياادم أمسك فان صحبتك مع حواء لاتحل الابالصداقة والنكاح ثم أمر سبحانه وتعالى سكان الجنة بأن يزينوها ويزخرفوها ويحضروها موائدالنثار وأطباقها ثم أمر ملائكة السموات بأن يجتمعوا تحت شجرة طوبى فاجتمعوا ثم اثنى الله بنفسه على نفسه وزوجها ادم عليه السلام فقال الله تعالى الحمد ثنائى والعظمة ازارى والكبرياء ردائى والخلق كلهم عبادى وامائى اشهد ملائكتى وسكان سمواتى زوجت حواء بأدم بديع فطرتى .اهـ
Dan Nabi Adam bertanya kepadanya; “Siapa engkau ini, dan untuk siapa engkau diciptakan?”
Hawa menjawab: “Aku diciptakan untuk dirimu.”
Nabi Adam berkata: “Kalau begitu, ke marilah engkau.”
Kata Hawa: “Engkau sajalah yang ke mari.”
Akhirnya Nabi Adam berdiri menuju ke tempat Hawa.
Dari kejadian diatas akhirnya berlakulah adat kebiasaan dengan perginya seorang laki-laki menuju ke tempat seorang wanita.
Setelah Nabi Adam dekat dengan Hawa dan hendak memegang tubuhnya, tiba-tiba Nabi Adam mendengar seruan “Wahai Adam, tahanlah dulu, sesungguhnya pergaulanmu dengan Hawa masih belum halal kecuali dengan sedekah dan pernikahan.”
Kemudian Allah memerintahkan untuk menghias surga serta mempercantik Hawa, termasuk beraneka hidangan surga juga disiapkan. Selanjutnya Allah memerintahkan malaikat yang ada di langit untuk berkumpul di bawah pohon Thuba. Setelah semuanya berkumpul, mereka pun memuji Allah SWT.
Dengan disaksikan oleh para malaikat-malaikat-Nya, lalu Allah menikahkan Hawa dengan Adam. Allah berfirman: “Segala puji itu memuja-Ku, kebesaran itu kain-Ku, keagungan itu selendang-Ku, dan makhluk seluruhnya adalah hamba-Ku. Aku menyaksikan malaikat-Ku yang menempati langit-Ku, Aku nikahkan Hawa dengan Adam dengan keindahan ciptaan-Ku atas suatu maskawin membaca tasbih dan tahlil kepada-Ku.”
Kemudian para Ghilman (pelayan surga) dan malaikat menaburkan intan permata dan yakut. Setelah itu, para malaikat menyerahkan Hawa kepada Adam, maka Hawa minta maskawin kepada Adam.
Selanjutnya Nabi Adam bertanya kepada Allah: “Wahai Tuhanku, apa yang harus aku berikan pada Hawa sebagai maskawin, apakah itu berupa emas atau perak, atau jauhar (mutiara)?”
Allah menjawab: “Bukan itu maskawinnya.”
Nabi Adam bertanya lagi: “Wahai Tuhanku, apakah aku harus berpuasa, melakukan shalat dan membaca tasbih kepada-Mu?”
Allah berfirman: “Maskawin untuk Hawa adalah engkau membaca shalawat 10 kali kepada nabiKu dan pilihanKu, yaitu Muhammad saw, yang menjadi junjungan para utusan dan menjadi penutup para nabi”.
Allah berfirman kepada Nabi Adam: “Bacalah Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW sehingga aku menghalalkan Hawa kepadamu.”
Allah berfirman pada umat Muhammad SAW: “Bacalah shalawat pada Muhammad, dan bacalah salam kepadanya sehingga Aku mengharamkan neraka buat kalian, dan ucapkanlah salam untuk Muhammad, sehingga Aku menghalalkan surga buat kalian.”” (As-Sabiyyatu Fi Mawaidhil Birriyat, hal: 110-112).
Ibnu Jauzi meriwayatkan dalam kitab Salwatul Ahzan bahwa: “Sesungguhnya Adam ketika ingin mendekat kepada Hawa lantas ia minta kepada Adam agar diberi maskawin. Adam bertanya kepada Tuhannya: “Wahai Tuhanku, maskawin apa yang pantas aku berikan kepadanya?”
Allah berfirman: “Bacalah shalawat pada kekasih-Ku yang terpilih Muhammad SAW sebanyak 20 kali.” Lalu Nabi Adam pun melakukannya. (Irsyadul Ibad, hal: 61).
Berdasarkan keterangan di atas, bahwa shalawat itu bisa dijadikan maskawin (mahar), sebagaimana diperbolehkannya memberikan maskawin dengan bacaan surat Al-Quran.
Setelah proses pernikahan itu, maka Allah SWT berfirman: "Hai Adam, diamlah engkau bersama istrimu di dalam surga dan makanlah (serta nikmatilah) apa saja yang kamu berdua ingini, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini karena (apabila mendekatinya) kamu berdua akan menjadi zalim." (QS Al-A’raf: 19).
Lanjut...
Dengan pernikahan ini Adam AS tidak lagi merasa kesepian di dalam surga. Inilah pernikahan dan percintaan pertama dalam sejarah umat manusia yang berlangsung di dalam Surga dengan mahar berupa shalawat atas Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam (SAW). Sebuah pernikahan agung yang dihadir oleh para bidadari, jin dan disaksikan oleh para malaikat.
(Syahruddin El-Fikri/Khadimul Rumah Berkah/Jurnalis Republika).