Harga Emas Jatuh Lagi Setelah Ketua Fed Sinyalkan Kenaikan Suku Bunga

Pelemahan harga emas berbanding terbalik dengan penguatan dolar AS.

ANTARA/Ari Bowo Sucipto
Harga emas kembali merosot pada akhir perdagangan Jumat (25/8/2023), mencatat kerugian untuk sesi kedua berturut-turut, karena dolar AS menguat seiring dengan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah.
Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Harga emas kembali merosot pada akhir perdagangan Jumat (25/8/2023), mencatat kerugian untuk sesi kedua berturut-turut, karena dolar AS menguat seiring dengan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah. Hal itu terjadi setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell membiarkan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut pada tahun ini.

Baca Juga


Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, jatuh 7,20 dolar AS atau 0,37 persen menjadi ditutup pada 1.939,90 dolar AS per ounce, setelah menyentuh tertinggi sesi di 1.950,40 dolar AS dan terendah di 1.931,00 dolar AS.

Namun kemundurannya pada Jumat (25/8/2023) tidak menghentikan harga emas untuk mencatat kenaikan mingguan pertamanya setelah empat minggu berturut-turut mengalami penurunan.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun naik 4 basis poin menjadi 4,274 persen dan indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap mata uang utama lainnya, diperdagangkan naik 0,1 persen pada 104,08, menyusul pernyataan Powell.

Ketua Fed dalam pidatonya di Simposium Ekonomi Jackson Hole di negara bagian Wyoming, AS pada Jumat (25/8/2023), mengakui sifat inflasi yang persisten, mengisyaratkan bahwa kenaikan suku bunga lebih lanjut bukanlah hal yang mustahil. Federal Reserve bermaksud mempertahankan kebijakan pada tingkat yang restriktif sampai mereka yakin bahwa inflasi bergerak turun secara berkelanjutan menuju target 2,0 persen. .

Powell melihat data ekonomi yang "suram" dan mengatakan dia akan melanjutkan dengan hati-hati. Komentar tersebut meningkatkan kemungkinan kenaikan suku bunga pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) berikutnya pada September, sehingga melemahkan harga emas.

Bergabung dengan diskusi Squawk on the Street, Presiden Federal Reserve Cleveland Loretta Mester pada Jumat (25/8/2023) mencatat bahwa inflasi inti masih terlalu tinggi, bertahan di atas 4,0 persen, "kita mungkin masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan."

Indeks Sentimen Konsumen yang dirilis pada Jumat (25/8/2023) oleh Survei Konsumen Universitas Michigan (UM) turun menjadi 69,5 pada survei Agustus 2023, dari 71,6 pada Juli dan di atas 58,2 pada Agustus tahun lalu.

“Emas mengalami pemulihan kecil pada minggu ini namun masih bersifat tentatif dan kecuali jika narasi dari The Fed berubah, atau kita melihat perbaikan yang signifikan dalam data inflasi (atau penurunan dalam angka pasar tenaga kerja dan data lainnya), maka bank sentral mungkin akan kesulitan untuk menghasilkan banyak momentum ke arah positif," kata Craig Erlam dari OANDA dalam sebuah catatan kepada klien.

“Komentar dari Powell tidak menenangkan pikiran para pedagang dan para pedagang semakin dipaksa untuk menerima suku bunga yang tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama, sehingga memperkuat dolar dan kembali membebani emas hari ini.”

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September terkerek 0,40 sen atau 0,02 persen, menjadi ditutup pada 24,234 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober bertambah 5,20 dolar AS atau 0,55 persen, menjadi menetap pada pada 948,20 dolar AS per ounce.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler