Jika Belum Mampu Bermanfaat untuk Orang Lain, Lakukan Pesan Imam Al-Ghazali Ini
Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Orang-orang yang dalam hidupnya dapat menegakkan agama, dengan menyeru pada perbuatan yang makruf dan mencegah kemungkaran memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah Ta'ala.
Akan tetapi, bagaimana bila dalam menjalani hidup tak mampu untuk menyeru orang lain pada perbaikan makruf, dan tak sanggup juga mencegah kemungkaran, bahkan ada kekhawatiran besar bila berkumpul justru akan terjerumus pada kemaksiatan?
Imam Abu Hamid al-Ghazali dalam kitab Bidayat al- Hidayah menjelaskan bahwa bila seorang hamba tak mampu untuk menegakkan agama dan tak mampu juga untuk memberikan kemaslahatan bagi orang lain, hendaknya dia beruzlah (berpindah tempat dan mengasingkan diri).
Hal itu lebih utama, setidaknya dia tidak menjadi beban orang lain, tidak menyusahkan orang lain, dan tidak menjerumuskan orang lain pada keburukan. Dengan beruzlah setidaknya akan membawa keselamatan bagi diri sendiri.
فإن عجزت عن القيام بحق دينك مع مخالطة الناس وكنت لا تسلم ، فالعزلة أولى بك ، فعليك بها ، ففيها السلامة.
Artinya: "Apabila engkau tidak sanggup menegakkan agamamu dengan hal saat saat bergaul dengan manusia dan tidak juga bisa memberikan keselamatan, maka uzlah adalah lebih utama bagimu. Maka lakukanlah untuk mu itu, karena di dalamnya terdapat keselamatan." (Lihat kitab Bidayat al-Hidayah halaman 116-117 cetakan Darul Minhaj Lebanon Beirut).
Akan tetapi menurut Imam al-Ghazali apabila terdapat kekhawatiran atau godaan-godaan ketika akan beruzlah yang membawa diri terhadap perbuatan-perbuatan yang tak diridhai Allah Ta'ala, misalnya khawatir dengan beruzlah justru menjadikan sombong, atau malah justru di tempat yang baru lebih lalai mengerjakan kewajiban terhadap Allah SWT, maka pilihan yang terbaik adalah tidur. Sebab dengan tidur setidaknya seorang hamba terhindar dari kemaksiatan.
فإن كانت الوساوس في العزلة تجاذبك إلى ما لا يرضي الله تعالى ولم تقدر على قمعها بوظائف العبادات ، فعليك بالنوم.
Artinya: "Maka apabila ada bisikan setan menarik-narik engkau dalam beruzlah pada perkara yang tidak diridhoi Allah Ta'ala dan tidak engaku kuasa mengendalikan dengan pekerjaan-pekerjaan ibadah maka bagimu lebih baik tidur,"
Meski tidur adalah baik, tetapi ini adalah keadaan yang paling rendah bagi seorang hamba. Imam al-Ghazali mengibaratkan seperti orang yang selamat karena kabur dari medan perang.
Baca juga: Jangan Lelah Bertobat kepada Allah SWT, Begini Pesan Rasulullah SAW
Meski dia tak memperoleh keuntungan perang (jika menang mendapat harta rampasan atau jika mati menjadi syuhada) setidaknya dia selamat karena melarikan diri. Namun demikian, itu bukanlah tindakan satria.
فهذا أحسن أحوالك وأحوالنا ، إذا عجزنا عن الغنيمة ، فرضينا بالسلامة في الهزيمة ، واخسس بحال من سلامة دينه في تعطيل حياته ، إذ النوم أخو الموت ، وهو تعطيل للحياة ، والتحاق بالجمادات.
Artinya: "Maka inilah lebih baik keadaan bagimu dan bagi kita. Ketika tak mampu mendapat rampasan perang maka kita pun ridha dengan keselamatan dalam perang. Dan betapa hinanya keadaan orang yang keselamatan agamanya dalam menghentikan hidupnya. Sebab mati itu saudaranya mati. Yaitu menghentikan hidupnya, dan sama halnya dengan benda mati."