Jurus Google Saingi Bing AI Microsoft

Google memasuki pasar Jepang dan India dengan teknologi AI.

express
Google telah berupaya menggabungkan teknologi kecerdasan buatan (AI) generatif dengan keahliannya dalam penelusuran sejak pertengahan Mei/ilustrasi
Rep: Meiliza Laveda Red: Natalia Endah Hapsari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Google telah berupaya menggabungkan teknologi kecerdasan buatan (AI) generatif dengan keahliannya dalam penelusuran sejak pertengahan Mei, sebagai bagian dari proyek Google Search Generative Experience (SGE) Search Lab. Pada Rabu, perusahaan mengumumkan bahwa program SGE berkembang melampaui batas digital Amerika dan memasuki pasar Jepang dan India.

Baca Juga


SGE produk Google seperti Bing AI Microsoft dan dirancang untuk memberikan jawaban yang diringkas dan dikurasi atas permintaan masukan, bukan daftar laman web. Sistem Google berbeda dari Microsoft karena sistem ini menggabungkan AI-nya langsung ke dalam bilah pencarian yang ada daripada menjalankannya sebagai asisten chatbot terpisah. 

Perusahaan mulai memperluas akses ke program SGE pada akhir Mei untuk pengguna di AS. Pekan ini, perusahaan meluncurkan Search Labs untuk pengguna di India dan Jepang.

Fitur pencarian yang disempurnakan dengan AI akan tersedia dalam bahasa Jepang di Jepang dan dalam bahasa Inggris dan Hindi untuk pengguna di India. 

“Kami juga meluncurkannya dengan input suara sehingga pengguna cukup mengucapkan pertanyaan mereka alih-alih mengetiknya dan mendengarkan tanggapannya. Iklan penelusuran akan terus muncul di slot iklan khusus di seluruh halaman," kata Google, dilansir Engadget, Kamis (31/8/2023).

Google juga mengklaim orang-orang akan mendapatkan pengalaman positif saat menggunakan SGE untuk bantuan dalam pertanyaan yang lebih kompleks dan jenis pertanyaan yang baru. Faktanya, perusahaan mencatat bahwa skor kepuasan tertinggi SGE berasal dari kelompok usia 18-24 tahun, tetapi perusahaan tidak memberikan data untuk mendukung pernyataan tersebut.

Menyusul peningkatan popularitas sistem AI generatif yang meroket dengan dirilisnya ChatGPT pada bulan November lalu, kehebatan teknologi ini sudah mulai memudar seiring dengan meningkatnya penyalahgunaan kemampuan yang tampaknya tak terhindarkan. Teknologi ini telah digunakan dalam penipuan online dan telah menarik perhatian regulator federal dan Kongres dalam upaya untuk menindak kejahatan tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler