427 Hektare Lahan Pertanian di Kota Tasikmalaya Berpotensi Terdampak Kekeringan

Belasan hektare lahan pertanian dikabarkan mengalami puso.

ANTARA FOTO
(ILUSTRASI) Lahan pertanian di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.
Rep: Bayu Adji P Red: Irfan Fitrat

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA — Ratusan hektare lahan pertanian di wilayah Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, dinilai berpotensi terdampak kekeringan atau kekurangan pasokan air pada musim kemarau ini. Selain mengupayakan solusi pengairan, Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya mendorong asuransi pertanian sebagai bentuk perlindungan kepada para petani.

Baca Juga


Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Tasikmalaya Ivan Dicksan mengatakan, berdasarkan laporan dari Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan, terdapat sekitar 427 hektare lahan pertanian yang berpotensi terdampak kekeringan atau kesulitan pasokan air.

“Saya sudah minta Dinas Pertanian dan kecamatan untuk mendata sumber air terdekat. Itu bisa dimanfaatkan. Tinggal bagaimana penyalurannya nanti ditindaklanjuti,” kata Ivan, Senin (4/9/2023).

Di sisi lain, menurut Ivan, pemkot juga berupaya menggencarkan sosialisasi program asuransi pertanian kepada para petani. Program itu ditujukan untuk melindungi atau mengurangi kerugian para petani jika mengalami gagal panen, seperti akibat bencana kekeringan.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Tasikmalaya Adang Mulyana mengatakan, berdasarkan laporan sementara ini, ada sekitar 12 hektare lahan pertanian yang mengalami puso. Menurut dia, sebagian lahan pertanian itu sudah terdaftar dalam program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).

Luas lahan pertanian di Kota Tasikmalaya dilaporkan mencapai sekitar 5.600 hektare. “Kita memang sedang gencar melakukan program asuransi. Sudah ada sekitar 2.000 hektare lahan pertanian yang diasuransikan,” kata Adang.

Mengantisipasi lahan pertanian mengalami kekeringan, Adang mengatakan, dinasnya berupaya memastikan pasokan air dari saluran irigasi. Untuk itu, kata dia, dilakukan pengecekan saluran irigasi bersama Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy.

“Namun, kebetulan pada musim kemarau ini sedang ada pemeliharaan. Akibatnya, ada penjadwalan, sehingga terjadi hambatan air. Mudah-mudahan ini bisa segera ada solusi,” ujar Adang.

Selain itu, menurut Adang, pihaknya juga menginventarisasi ketersediaan pompa air. Pompa dapat dimanfaatkan untuk menyedot dan mengalirkan air ke lahan pertanian yang mulai kesulitan pasokan. “Masalahnya, kami juga harus data sumber yang bisa ditarik sama pompa karena beberapa lokasi sawah jauh,” kata dia.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler