Dalam Islam, Siapa Orang yang Paling Berhak Dihormati?
Menghormati orang lain merupakan bagian dari adab yang menjadi identitas umat Islam.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menghormati orang lain merupakan bagian dari adab yang menjadi identitas umat Islam. Maka, siapakah orang yang paling utama dan paling berhak untuk dihormati bagi seorang Muslim?
Nashiruddin Al Albani dalam kitab Mukhtashar Shahih Bukhari menjabarkan sejumlah hadits yang berkaitan tentang orang yang paling berhak untuk dihormati. Dalam sebuah hadits disebutkan, “An Abi Hurairata RA qoola: ja-a rajulun ila rasulillahi SAW faqoola; ya rasulallah! Man ahaqqu bihusni shohaabati? Qoola; ummuka. Qoola; tsumma man? Qoola; ummuka. Qoola; tsumma man? Qoola; ummuka. Qoola; tsumma man? Qoola; tsumma abuka.”
Yang artinya, “Abu Hurairah berkata, ‘Ada seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah SAW dan bertanya kepadanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak untuk aku perlakukan dengan baik?’
Rasulullah SAW menjawab, ‘Ibumu’. Lalu orang itu kembali bertanya, ‘Lalu siapa?’. Rasulullah kembali menjawab, ‘Ibumu’. Orang tersebut kembali bertanya, ‘Lalu siapa lagi?’. Rasulullah menjawab, ‘Ibumu’. Dia bertanya lagi, ‘Lalu siapa?’. Rasulullah menjawab, ‘Kemudian ayahmu.”
Tak hanya bagian dari adab, memberikan penghormatan kepada orang tua merupakan kewajiban bagi anak. Dalam sebuah hadits bahkan disebutkan bahwa salah satu terkabulnya adalah doanya orang yang berbakti kepada orang tua. Sehingga di sini ditekankan bagaimana Islam memberikan tuntunan bagi relasi antara anak dengan orang tua.
Adapun durhaka kepada orang tua merupakan dosa besar. Hal ini sebagaimana riwayat hadits dari Anas bin Malik, ia berkata, “Rasulullah SAW menyebutkan beberapa dosa yang besar atau ditanya tentang dosa-dosa yang besar. Beliau (Nabi Muhammad) menjawab, “Musyrik kepada Allah, membunuh jiwa, dan berlaku durhaka kepada kedua orang tua.”
Lalu Nabi Muhammad juga bersabda, “Maukah kalian aku beritahukan tentang dosa yang paling besar?” Beliau melanjutkan kata-katanya, “Yakni perkataan dusta, kesaksian palsu.”