MAMI: Reksa Dana Saham Menarik Seiring Pemulihan Ekonomi Asia Pasifik
Rasio Price Earning indeks MSCI Asia Pasifik (kecuali Jepang) lebih murah 20 persen.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Senior Portofolio Manager Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Samuel Kesuma mengatakan reksa dana saham offshore memiliki potensi pertumbuhan yang menarik seiring pemulihan ekonomi di kawasan Asia Pasifik.
Ia mengatakan, saat ini, saham-saham di Asia Pasifik (kecuali Jepang) diperdagangkan dengan valuasi yang lebih menarik dibandingkan saham-saham di negara maju.
"Sebagai gambaran, rasio Price Earning indeks MSCI Asia Pasifik (kecuali Jepang) lebih murah 20 persen dibandingkan kawasan negara maju," ujar Samuel dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Senin (11/9/2023).
Ia menjelaskan Pemerintah China telah mengeluarkan enam kebijakan spesifik yang ditargetkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, setelah sebelumnya Morgan Stanley menurunkan peringkat saham-saham China karena masalah perlambatan ekonomi dan kegagalan sektoral. Dari India, ia menjelaskan telah memiliki agenda reformasi yang kohesif dan konsisten sejak tahun 2014, yang mana India memiliki siklus pertumbuhan yang baik dan saling terhubung.
Selain itu, formalisasi bisnis dan digitalisasi di India yang didukung oleh pasar domestik yang besar, dan insentif reinvestasi dari pemerintah, mampu meningkatkan makroekonomi mereka, sehingga memberikan keuntungan yang tinggi bagi perusahaan, meningkatkan belanja modal, dan menciptakan pertumbuhan kredit yang lebih baik.
"India akan mendapatkan keuntungan sebagai friend-shore manufaktur global. Faktor pendukungnya antara lain karena upah industri manufaktur India sangat kompetitif, lebih rendah dibandingkan Malaysia, China, Taiwan, Vietnam, dan Filipina. Selain itu, populasi pekerja di India diperkirakan akan melampaui China," ujar Samuel.
Dalam kesempatan sama, Chief Economist & Investment Strategist MAMI Katarina Setiawan mengatakan sejak akhir Juni 2019 hingga akhir Juni 2023, inflasi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa meningkat jauh di atas tren sebelum pandemi Covid-19, yaitu secara berurutan dari 2,1 persen ke 5,3 persen dan dari 1,3 persen ke 5,4 persen.
Sedangkan, lanjutnya, inflasi di Asia dalam tren yang sama dengan masa sebelum pandemi Covid-19, terkini angkanya sedikit di atas 2 persen, serta inflasi inti semua negara kawasan Asia juga terlihat menurun, kecuali Jepang.
"Keuangan publik di Indonesia pun merupakan yang paling sehat diantara negara- negara berkembang lainnya. Perbandingan antara utang swasta terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) baru mencapai 29 persen, sehingga masih ada peluang bagi sektor swasta untuk meningkatkan," ujar Katarina.