Permudah Proses Pemadaman Api Kawasan Bromo, Tim Relawan Terima Bantuan APD

Bantuan berupa masker dan kacamata sangat diperlukan tim.

Antara/Muhammad Mada
Api membakar hutan dan lahan (karhutla) di kawasan Gunung Bromo terlihat dari Pos Jemplang, Malang, Jawa Timur, Selasa (12/9/2023).
Rep: Wilda Fizriyani Red: Yusuf Assidiq

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Tim relawan di kawasan Gunung Bromo baru saja mendapatkan bantuan alat pelindung diri (APD) guna mempermudah proses pemadaman kebakaran. Bantuandiberikan langsung oleh pemilik J99 Corp, Gilang Widya Pramana, kepada pengelola Balai Besar Taman Nasional Bromo, Tengger dan Semeru (BB TNBTS) di Pos Jemplang, Ngadas, Poncokusumo, Kabupaten Malang, Rabu (13/9/2023).

Menurut Gilang, ada sejumlah bantuan yang diberikan kepada tim relawan. Bantuan-bantuan tersebut antara lain masker, sepatu anti-api, helm, kacamata, air minum, dan uang tunai.

Ketika ada berita Gunung Bromo terbakar dan flare menjadi penyebabnya, ia mengeklaim telah berinisiatif untuk dapat mencari informasi  detail. "Sampai akhirnya hari ini kita bisa turun berkoordinasi dengan tim dan bisa berikan bantuan kepada relawan untuk memadamkan api," katanya saat ditemui wartawan di Pos Jemplang.

Sementara itu, Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo, Tengger dan Semeru (BB TNBTS), Hendro Wijanarko menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas bantuan yang diberikan. Jenis-jenis bantuan yang diberikan memang sangat dibutuhkan untuk melindungi tim relawan.

Ia mencontohkan bantuan berupa masker dan kacamata sangat diperlukan tim. Terlebih saat angin kencang yang dapat menghembuskan asap dan debu ke arah petugas pemadam.

Begitu juga dengan helm yang dapat melindungi kepala tim dari ranting-ranting yang jatuh akibat terbakar. "Kemudian sepatu api jelas dibutuhkan karena yang kita injak belum tentu padam sempurna," ujarnya.

Untuk diketahui, setidaknya 500 hektare (ha) lahan dan hutan di kawasan Gunung Bromo terdampak kebakaran. Hal ini berdasarkan data yang terlaporkan hingga 11 September lalu.

Menurut Hendro, data yang diungkap tersebut baru sekadar estimasi saja. "Nanti setelah pemadaman selesai, semuanya basah baru kita akan ukur dengan satelit atau drone," kata Hendro saat ditemui Republika di Pos Jemplang, Ngadas, Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jatim, Rabu (13/9/2023).

Di sisi lain, Hendro juga mengungkapkan, pemadaman api di sejumlah titik sebenarnya sudah berhasil dikendalikan pada Senin (11/9/2023). Namun karena angin kencang yang mencapai 40 knot pada Selasa (12/9/2023), proses pemadaman lewat udara termasuk pembasahan area bekas kebakaran terhambat.


Sebab itu, proses pemadaman dan pembasahan lebih mengutamakan jalur darat. Saat ini, kata dia, masih ada dua titik api yang perlu dipadamkan dan dibasahkan oleh tim. Kedua titik yang terlihat asapnya ini berada di area Gunung Mungal dan Pusung Loreng.
 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler