5 Dalil yang Menjadi Landasan Pelaksanaan Maulid Nabi Muhammad SAW

Maulid Nabi Muhammad SAW banyak dirayakan umat Islam

Republika/Riga Nurul Iman
Maulid Nabi Muhammad SAW (ilustrasi). Maulid Nabi Muhammad SAW banyak dirayakan umat Islam
Rep: Muhyiddin Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Maulid Nabi SAW adalah peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang dirayakan  sebagian besar komunitas Muslim di seluruh dunia.  

Baca Juga


Bagi umat Islam yang melakukannya,  peringatan ini adalah tradisi yang telah berlangsung selama berabad-abad dan telah menjadi bagian penting dari budaya Islam di berbagai belahan dunia.

Peringatan Maulid Nabi Muhammmad SAW dianggap sebagai cara untuk mengenang dan menghormati kehidupan, ajaran, dan akhlak Nabi Muhammad SAW. 

Ini juga memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk mempelajari lebih lanjut tentang Nabi dan mengikuti teladan-Nya.

Maulid Nabi juga sering menjadi acara yang mempererat hubungan sosial dalam komunitas Muslim. Ini adalah kesempatan untuk berkumpul, berdoa bersama, dan memperkuat ikatan keagamaan.

Lalu apa saja dali-dalil yang membolehkan perayaan Maulid Nabi? Berikut beberapa dalil yang diungkapkan dalam buku “Amalan Sepanjang Tahun: Meraih Pahala di Bulan-Bulan Hijriah” karya Fadillah Ulfa.

1. Diriwayatkan bahwa Rasulullah mengakikahkan diri beliau setelah kenabian. Padahal. sebagaimana yang diketahui bahwa kakek beliau, Abdul Muthalib, telah mengakikahkan beliau pada hari ketujuh kelahiran beliau, sementara praktik Akikah hanyalah dilakukan satu kali (tidak diulang).

Menurut Ustadzah Fadillah, hal itu menunjukkan bahwa perbuatan Rasulullah tersebut merupakan salah satu bentuk kesyukuran beliau kepada Allah atas kelahiran beliau sebagai rahmat bagi semesta alam dan diturunkan syariat bagi umatnya.

“Oleh karena itu, kita sebagai umat diperbolehkan untuk mengucapkan rasa syukur kepada Allah atas kelahiran beliau dengan mengadakan majelis-majelis yang didalamnya khusus mengingat pribadi beliau yang mulia,” jelas jebolan Pondok Pesantren Modern Gontor Putri tersebut.

2. Peringatan Maulid Nabi juga merupakan salah satu bentuk ittiba’ (mengikuti atau mencontoh) apa yang telah dibawa Alquran. Menurut Ustadzah Fadillah, di dalam Alquran juga telah menceritakan kisah kelahiran beberapa orang nabi sebelum nabi Muhammad SAW.

Baca juga: Dalil Ayat Alquran dan Hadits Ini Tegaskan Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul Terakhir

Seperti kisah kelahiran Nabi Musa dalam Surat Al-Qashash yang menceritakan seputar kondisi sebelum kelahiran Nabi Musa, saat-saat beliau dilahirkan, serta kondisi setelah beliau dilahirkan sampai beliau diangkat menjadi nabi dan rasul.

Begitu juga dengan kisah kelahiran Nabi Yahya bin Zakaria dalam surat Maryam dan Ali Imran, serta kisah kelahiran nabi Isa dalam surat Ali Imran.

3. Peringatan Maulid Nabi SAW merupakan salah satu bentuk kapan rasa syukur, suka kita, dan perasaan bahagia atas kedatangan Rasulullah SAW di muka bumi. Ternyata orang-orang kafir juga mendapatkan manfaat dari bentuk suka cita yang seperti itu.

 

Disebutkan dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari bahwa Urwah berkata, “Tsuwaibah adalah salah seorang budak perempuan Abu Lahab, ia dibebaskan oleh Abu Lahab, lalu ia menjadi ibu susuan Rasulullah SAW. Ketika Abu Lahab dunia, salah seorang keluarganya melihatnya di dalam mimpi dalam keadaan yang buruk. Lalu dia bertanya, ‘Apa yang engkau jumpai (setelah kematian)?’ Abu Lawab menjawab, sepeninggal kalian aku tidak pernah berhenti (disiksa), tetapi aku berikan minum karena perbuatanku yang membebaskan Tsuwaibah.”

4. Perasaan sukacita dan bahagia atas kelahiran Rasulullah juga merupakan salah satu perkara yang diajarkan Alquran, yaitu melalui Firman Allah SWT yang berbunyi,

قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS Yunus ayat 58).

Infografis Tiga Kepribadian Nabi Muhammad yang Penyayang - (Republika.co.id)

Allah SWT telah memerintahkan kita untuk bersukacita dan bergembira dengan datangnya rahmat Allah, sedangkan Nabi SAW merupakan rahmat yang terbesar, seperti yang tertera di dalam Alquran,

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ 

Aritnya: “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS Al-Anbiya ayat 107).

Oleh karena itu, menurut Ustadzah Fadillah, perasaan gembira dan bahagia dengan kedatangan Rasulullah merupakan anjuran yang semestinya dilakukan kapanpun dan dimanapun. 

Baca juga: Keajaiban Angka 19 yang Disebutkan dalam Alquran dan Pengakuan Sarjana Barat 

Namun, tuntunan itu semakin ditekankan setiap hari Senin dan setiap tahun, khususnya pada bulan Rabiul Awal karena memang momennya lebih tepat dan lebih sesuai.

5. Sesungguhnya perayaan peringatan Maulid Nabi SAW adalah salah satu bentuk menghidupkan kembali kenangan serta ingatan akan pribadi Nabi Muhammad SAW, yang demikian merupakan hal yang disyariatkan di dalam Islam.

 

“Bukankah kita melihat bahwa sebagian besar ritual ibadah haji juga merupakan salah satu bentuk menghidupkan kembali kenangan-kenangan serta momen-momen yang mulia? Bukankah ibadah sa’i, melontar jumrah, dan kurban merupakan peristiwa-peristiwa masa lampau yang dihidupkan kembali oleh umat Islam melalui ibadah haji?,” kata Ustadzah Fadillah. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler