Menikah Hanya Modal Klop di Hati, Bagaimana Pandangan Islam?

Ketika mengambil keputusan atas perkara dunia, maka jangan hanya pakai hati.

Republika/Silvy Dian Setiawan
Menikah Hanya Modal Klop di Hati, Bagaimana Pandangan Islam?
Rep: Umar Mukhtar Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian generasi muda sering kali berharap dan berusaha menemukan sosok pujaan hati. Sehingga tolok ukur yang digunakannya adalah ketika hatinya sudah klop dengan seseorang yang diidam-idamkan.

Namun, bagaimana pandangan Islam? Apakah itu sudah cukup atau justru bertentangan dengan ajaran Islam?

Ulama Al Azhar Kairo Mesir Usama Qabil mengingatkan kaum muda agar tidak mengikuti hawa nafsu. Dia mengatakan, ketika mengambil keputusan atas perkara dunia, maka jangan hanya menggunakan hati.

"Karena hati tidak selalu mengetahui tujuan, tetapi justru akal pikiranlah yang menyaring apa yang ada di dalam hati dan memilih apa yang terbaik," katanya menjelaskan, dilansir Masrawy.

Allah SWT berfirman, "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan." (QS. Al Isra ayat 70)

Qabil memaparkan, manusia memperoleh kemuliaan karena Allah memberinya akal untuk berpikir, merenungkan, dan mempertimbangkan berbagai urusan dan pilihan.

"Jangan mengambil keputusan menikah dengan seseorang hanya berdasarkan hati. Termasuk di berbagai hal dalam kehidupan, jangan ambil keputusan hanya berdasarkan hati," kata dia.

Setiap Muslim, lanjut Qabil, hendaknya menyeimbangkan pilihannya sebelum mengambil sebuah keputusan. Karena hati rentan dengan sifat karatnya sehingga inilah yang akan membuat seseorang bisa terjerumus dalam hawa nafsu dan kemaksiatan.

"Hati bisa berkarat bagaikan besi karena kelalaian, banyaknya dosa atau karena kesalahan dari masalah tertentu yang membuat seseorang lebih memilih balas dendam atas segala sesuatu. Sampai-sampai, hati bisa mengajak manusia berbuat maksiat," katanya.

Qabil melanjutkan, hati bisa berkarat akibat terkena air. Karena itu, cara agar hati tidak berkarat adalah dengan mengingat mati dan membaca Alquran. Dia juga berpesan agar kaum muda tidak menyerukan perbuatan maksiat, karena ia akan menanggung dosa setiap orang yang mendengar perkataannya di hari kiamat kelak.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

"Siapa mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Sebaliknya, siapa mengajak pada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun." (HR. Muslim)

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler