Biden Lakukan Pertemuan Perdana dengan Lima Pemimpin Negara Bekas Soviet

Negara-negara bekas Soviet ini mempunyai hubungan keamanan dengan Rusia.

EPA-EFE/JIM LO SCALZO
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bertemu dengan para pemimpin negara-negara Asia Tengah pada Selasa (19/9/2023).
Rep: Dwina Agustin Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bertemu dengan para pemimpin negara-negara Asia Tengah pada Selasa (19/9/2023). Pertemuan ini diadakan dalam format dialog C5+1 di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York.

Baca Juga


Para pemimpin yang hadir antara lain Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev, Presiden Kyrgyzstan Sadyr Japarov, Presiden Tajikistan Emomali Rahmon, Presiden Turkmenistan Serdar Berdimuhamedow, dan Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev. KTT tersebut menandai pertemuan presiden C5+1 yang pertama dan terjadi di sela-sela sesi ke-78 Majelis Umum PBB.

"Saya pikir ini adalah momen bersejarah. Kami membangun kerja sama yang erat selama bertahun-tahun antara Asia Tengah dan Amerika Serikat, sebuah kerja sama yang didasarkan pada komitmen bersama kami terhadap kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayah,” kata Biden dalam pertemuan tersebut dikutip dari Anadolu Agency.

Biden mengingatkan bahwa AS telah meningkatkan kerja sama dengan wilayah tersebut. Dia mengatakan, mereka bertujuan untuk memperkuat kerja sama di sejumlah bidang seperti pendanaan keamanan AS untuk kawasan, perang melawan terorisme, ekonomi, keamanan energi, penguatan rantai pasokan, dan hak-hak disabilitas.

"Saya ingin mengucapkan terima kasih atas percakapan Anda yang bermanfaat hari ini...dan saya berharap dapat bekerja sama dengan Anda semua untuk berbuat lebih banyak lagi di masa depan," ujar Biden.

Dalam keterangan Kedutaan Besar AS di Kyrgyzstan, dalam pembicaraan itu pun dibahas pentingnya menciptakan lingkungan bisnis yang lebih menguntungkan bagi perdagangan dan investasi. Biden menyadari bahwa negara-negara itu harus bekerja sama untuk memiliki rantai pasokan yang tangguh dan aman yang dapat mendukung lanskap energi masa depan.

AS juga mengusulkan peluncuran Dialog Mineral Kritis C5+1 untuk mengembangkan kekayaan mineral Asia Tengah yang sangat besar dan memajukan keamanan mineral penting. Upaya-upaya ini merupakan bagian dari dukungan berkelanjutan AS untuk mendorong investasi dan pengembangan Jalur Perdagangan Trans-Kaspia atau yang disebut “Koridor Tengah”.

KTT ini menggarisbawahi meningkatnya minat AS terhadap negara-negara Asia Tengah. Menurut VOA, wilayah ini telah lama diabaikan oleh Barat dan kini mulai dilirik karena upaya memperkuat hubungan dengan wilayah yang tidak memiliki daratan dan berbatasan dengan Rusia dan Cina.

Negara-negara bekas Uni Soviet ini mempunyai hubungan keamanan yang berkelanjutan dengan Rusia dan hubungan ekonomi dan diplomatik yang semakin meningkat dengan Cina. Mereka mempunyai arti penting dalam budaya dan sejarah sebagai arteri utama Jalur Sutra, jaringan kuno rute perdagangan Eurasia yang menghubungkan Timur dan Barat selama 1.500 tahun.

Selain kepentingan Barat, kawasan ini pun memiliki keinginan untuk mendapatkan pengakuan global yang lebih besar. Sikap ini terlihat jelas di sidang Majelis Umum PBB, ketika Biden dan para pemimpin dunia lainnya menyampaikan pidatonya.

“Saya yakin bahwa waktunya telah tiba untuk memulai dialog yang inklusif, berskala penuh, dan sistemik antara Asia Tengah dan PBB,” kata presiden Turkmenistan yang berusia 41 tahun.

Berdimuhamedow menyatakan, bahwa negaranya akan menawarkan untuk menjadi tuan rumah konferensi perdana tersebut. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler