Sayap Kanan Spanyol Boikot Bahasa Minoritas di Parlemen
Ada sekitar 10 juta penutur bahasa minoritas di Spanyol.
REPUBLIKA.CO.ID, OVIEDO -- Partai-partai sayap kanan Spanyol terus memboikot penggunaan bahasa minoritas di parlemen Spanyol pada Kamis (21/9/2023). Dalam sesi parlemen kedua dalam sejarah Spanyol yang mengizinkan bahasa seperti Catalan, Galicia, dan Basque, anggota Popular Party dan Vox terus menolak memakai earphone untuk mendengarkan terjemahan ke dalam bahasa Spanyol.
Selama sesi pertama pada Selasa (19/9/2023), politisi partai sayap kanan Vox keluar dari parlemen ketika seorang politisi mulai berbicara bahasa Galicia. Ketika pergi, mereka menjatuhkan earphone di sekitar kursi pejabat Perdana Menteri Pedro Sanchez.
Sedangkan pada sesi kedua ini, politisi Sosialis yang berbicara bahasa Katalan bercanda bahwa akan berbicara bahasa Katalan untuk sementara waktu. Kemudian dia melanjutkan dengan mempersilakan anggota Vox untuk pergi ke tempat favorit mereka, yaitu bar terdekat.
Politisi Popular Party Borja Semper dikecam oleh anggota partainya karena berbicara bahasa Basque selama sesi pertama. Pada sesi kedua dia memutuskan untuk membatasi penggunaan bahasa Basque menjadi "ugun on" ungkapan untuk "selamat pagi".
Politisi sayap kanan mengatakan, bahwa langkah untuk mengizinkan bahasa baru di pemerintahan Spanyol adalah semata-mata karena Sanchez menjadi kaki tangan partai separatis untuk membentuk pemerintahan. Namun, langkah ini dipuji sebagai kemajuan bersejarah oleh negara-negara lain, terutama oleh sekitar 10 juta penutur bahasa minoritas di Spanyol yang mencakup lebih dari seperlima populasi negara tersebut.
"Mereka menyensor dan menindas kami sepanjang hidup kami. Saya belum bisa belajar bahasa saya dan orang Aragon tidak punya hak linguistik penuh," kata politisi sayap kiri Jorge Pueyo dalam bahasa Aragon yang masih memiliki sekitar 12 ribu penutur.
“Saya mohon hormat terhadap bahasa saya… Spanyol tidak memiliki satu bahasa yang sama, tetapi banyak bahasa yang sama," ujarnya dikutip dari Anadolu Agency.
Para politisi Spanyol memutuskan untuk secara definitif mengizinkan penggunaan bahasa-bahasa resmi Spanyol di lingkungan resmi pemerintahan. Mosi tersebut disahkan dengan selisih 170-180 suara, dengan salah satu suara persetujuan diberikan oleh anggota Popular Party asal Galicia Rosa Quintana.
Perdebatan ini terjadi kurang dari sepekan sebelum Parlemen Spanyol akan melakukan pemungutan suara mengenai penobatan Alberto Nunez Feijoo dari Popular Party. Raja Spanyol memilih politisi konservatif tersebut sebagai pilihan pertama untuk membentuk pemerintahan, hanya saja sikap garis kerasnya terhadap kelompok regionalis Spanyol peluangnya untuk mendapatkan dukungan mayoritas di Parlemen semakin kecil.