Korut Kecam Pernyataan Presiden Korsel Soal Kerja Sama dengan Rusia
Korut sebut Korsel sebagai pengeras suara untuk AS
REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara (Korut) mengecam Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol yang mengkritik kerja samanya dengan Moskow. Setelah Pemimpin Korut Kim Jong Un mengatakan adalah "alami" dan "normal" dua negara bertetangga menjaga hubungan dekat.
Pekan lalu di Majelis Umum PBB, Yoon mengatakan akan menjadi "provokasi langsung" bila Rusia membantu Korut memperkuat program senjatanya sebagai imbalan atas bantuan pada perang di Ukraina.
Dalam artikel yang dimuat kantor berita Korut, KCNA, Pyongyang mengecam Yoon karena "dengan ganas" memfitnah kerja sama persahabatannya dengan Rusia. Dalam artikel itu KCNA mengatakan Yoon berperan sebagai "pengeras suara" untuk Amerika Serikat (AS).
"Sangat wajar dan normal bagi negara-negara tetangga untuk menjaga hubungan dekat satu sama lain, dan tidak ada alasan untuk meminta pertanggungjawaban atas praktik semacam itu," kata KCNA, Ahad (24/9/2023).
Pekan lalu Kim kembali ke negaranya setelah menggelar kunjung ke Rusia selama satu minggu. Di sana ia dan Presiden Rusia Vladimir Putin sepakat untuk meningkatkan kerja sama militer dan ekonomi.
Pemerintah AS dan Korsel mengungkapkan kekhawatiran Rusia mencoba mendapatkan amunisi dari Korut setelah persediaannya habis dalam perang di Ukraina. Sementara Korut ingin mendapat bantuan untuk program nuklir dan rudalnya.
Resolusi Dewan Keamanan PBB melarang aktivitas yang membantu program senjata Korut.
"Kebijakan luar negeri DPRK (Korut) tidak terikat dengan apa pun dan hubungan persahabatan dan kerja sama dengan negara tetangga ini akan tumbuh semakin kuat," kata artikel di KCNA.