Fase Dakwah Nabi Muhammad secara Terang-terangan 

Nabi Muhammad sebelumnya berdakwah secara sembunyi.

Dok Republika
Ilustrasi kaligrafi Nabi Muhammad
Rep: Rossi Handayani Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Setelah melalui dakwah secara sembunyi-sembunyi, Nabi Muhammad ﷺ melanjutkan dengan fase secara terang-terangan. Fase ini ditandai wahyu Allah Ta'ala yang berisi perintah untuk memperingatkan kalangan keluarga beliau.

Baca Juga


Sebagaimana firman Allah Ta'ala : 

وَاَنۡذِرۡ عَشِيۡرَتَكَ الۡاَقۡرَبِيۡنَۙ‏

“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat” (QS. asy-Syu'ara ayat 214) 

Seperti dikutip dari Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah ﷺ disarikan dari kitab Ar-rahiqul Makhtum, Setelah turun ayat tersebut, yang pertama Rasulullah ﷺ lakukan adalah mengumpulkan sanak saudaranya dari kalangan Bani Hasyim. Maka berkumpullah sekitar empat puluh lima orang dari sukunya. 

Rasulullah ﷺ segera menyampaikan misinya : 

“Segala puji hanya milik Allah, aku memuji Nya, Mohon pertolongan Nya, beriman dan bertawakkal kepada Nya. Tiada tuhan yang disembah kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi Nya. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang diutus untuk kalian secara khusus, dan kepada seluruh umat manusia secara umum. Demi Allah, kalian akan mati sebagaimana kalian tidur, dan kalian akan dibangkitkan sebagaimana kalian bangun dari tidur, dan perbuatan kalian akan diperhitungkan. Di sana ada surga (dengan kenikmatan) abadi, atau neraka (dengan siksaan) abadi". 

Lalu Abu Thalib berkata : 

“Kami senang menolongmu, kami juga selalu menerima nasihatmu dan sangat membenarkan ucapan-ucapanmu. Mereka anak cucu nenek moyangmu kini berkumpul, dan aku salah seorang di antara mereka dan orang yang paling cepat memenuhi keinginanmu. Teruskanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Demi Allah, saya akan selalu melindungimu dan mencegah orang yang akan berbuat jahat kepadamu. Cuma saja, saya belum siap meninggalkan agama Abdul Muththalib”. 

Sedangkan Abu Lahab berkata : 

“Sungguh hal ini merupakan aib, cegahlah dia sebelum mempengaruhi yang lainnya". 

“Demi Allah, aku tetap akan melindunginya", tegas Abu Tholib 

Dari sini, Rasulullah ﷺ mengetahui pembelaan Abu Thalib kepadanya, meskipun dia sendiri tidak bersedia memeluk agama Islam. 

Maka setelah itu, Rasulullah ﷺ mendaki bukit Shafa, kemudian beliau berseru : “Wahai Bani Fihr, Wahai Bani Adi'!”. Tak lama kemudian mereka berkumpul. Bahkan seseorang yang berhalangan hadir, mengutus utusannya untuk mencari tahu apa yang terjadi. 

Datang pula Abu Lahab dan Quraisy. Maka bersabdalah Rasulullah ﷺ: 

“Bagaimana pendapat kalian seandainya aku beritahukan bahwa ada sekelompok pasukan berkuda dibalik gunung ini akan menyerang kalian, apakah kalian akan membenarkan ucapanku ?”. 

“Tentu, kami mengenalmu orang yang paling jujur di antara kami”. Jawab mereka. 

Maka Rasulullah ﷺ bersabda : “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan untuk kalian, sebelum datang azab yang sangat pedih". 

“Celaka engkau selama lamanya, untuk inikah engkau mengumpulkan kami?”. Hardik Abu Lahab. 

Maka turunlah ayat : 

تَبَّتْ يَدَآ اَبِيْ لَهَبٍ وَّتَبَّۗ

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab” (QS. al-Lahab ayat satu) 

Di saat seruan Rasulullah ﷺ terhadap kerabatnya menjadi bahan pembicaraan, turunlah wahyu Allah Ta'ala untuk mempertegas misi dakwah Rasulullah ﷺ kepada seluruh masyarakat, ayat tersebut adalah : 

فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَاَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِيْنَ

“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik” (QS. al-Hijr ayat 94) 

Maka Rasulullah ﷺ semakin mempertegas misi dakwahnya kepada seluruh masyarakat Mekkah waktu itu. Beliau sampaikan segala borok kesyirikan, hakikat berhala-berhala yang disembah dan nilainya yang rendah. Beliau jelaskan bahwa siapa yang menyembahnya sebagai perantara antara dirinya dengan Allah Ta'ala adalah kesesatan yang nyata. 

Mendengar hal tersebut, meledaklah kemarahan masyarakat 

Arab. Seruan Tauhid yang dibawa Rasulullah ﷺ, dan pernyataan sesat atas apa yang selama ini mereka perbuat terhadap berhala-berhala mereka, jelas membuat mereka terperangah penuh penolakan. Tak ubahnya bagai kilat yang menyambar, kemudian melahirkan guntur dan getaran hebat di tengah tengah mereka. 

Sikap mereka tersebut menunjukkan bahwa mereka memahami apa yang ada di balik misi keimanan yang dibawa Rasulullah ﷺ yaitu menggugurkan semua bentuk penuhanan dan penyembahan yang selama ini telah mereka percaya. 

Keimanan kepada Rasul dan hari akhir, berarti ketundukan mereka secara mutlak terhadap ketetapan dan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ, tidak ada pilihan lain di hadapan mereka. Itu berarti pupusnya kekuasaan dan kesombongan yang selama ini mereka nikmati. Hilang juga kesempatan untuk melakukan berbagai bentuk kerendahan moral dan kezaliman yang selama ini dengan bebas mereka lakukan. 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler