Menlu Taliban ke Rusia Bahas Krisis Afghanistan
Menlu Taliban akan menghadiri pertemuan Format Moskow yang membahas krisis Afganistan
REPUBLIKA.CO.ID, KABUL – Menteri Luar Negeri (Menlu) Taliban Amir Khan Mutaqqi dan delegasinya telah bertolak ke Rusia, Senin (25/9/2023). Dia akan menghadiri pertemuan Format Moskow di Kazan yang bakal membahas tentang penyelesaian krisis Afghanistan.
“Hari ini delegasi yang dipimpin Menlu Amir Khan Mutaqqi berangkat ke Moskow atas undangan resmi Rusia. Delegasi tersebut akan menghadiri konsultasi mengenai Afghanistan dalam Format Moskow,” tulis Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Taliban Hafiz Zia Ahmad lewat akun X (Twitter)-nya, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Stasiun televisi Kabul News melaporkan, Muttaqi akan tinggal di Moskow selama dua hari, kemudian bertolak ke Kazan. Pertemuan Format Moskow diagendakan digelar di Kazan pada Jumat (29/9/2023) mendatang. Rusia berharap, pertemuan itu bakal menghasilkan solusi untuk mengatasi krisis yang sedang dihadapi Afghanistan.
“Format Moskow akan berkumpul di Kazan, bukan di Moskow. Kami mengharapkan adanya pembicaraan tentang bagaimana negara-negara tetangga dapat membantu Afghanistan dalam mengatasi kesulitannya saat ini,” kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, dilaporkan TASS, Ahad (24/9/2023) lalu.
Format Moskow dibentuk pada 2017. Ia merupakan platform regional yang memiliki misi membantu penanganan krisis di Afghanistan. Anggota format tersebut adalah Rusia, Afghanistan, India, Iran, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Cina, Pakistan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan. Pertemuan Format Moskow terakhir kali digelar pada November 2022.
Terkait pertemuan terbaru yang diagendakan digelar di Kazan, Pemerintah Rusia mengundang delegasi Taliban untuk berpartisipasi. Saat ini Taliban diketahui pihak yang menjalankan pemerintahan di Afghanistan. Taliban merupakan organisasi atau kelompok terlarang di Rusia.
Taliban menguasai kembali Afghanistan pada Agustus 2021. Namun hingga kini belum ada satu pun negara yang mengakui pemerintahannya. Salah satu penyebabnya adalah belum dipenuhinya hak-hak kelompok minoritas dan kaum perempuan Afghanistan.