Sampai Kapan Cuaca Panas Berlangsung? Ini Prediksi BMKG

Masyarakat diimbau untuk senantiasa menjaga stamina tubuh saat cuaca panas.

EPA-EFE/RUNGROJ YONGRIT
Pejalan kaki menggunakan payung untuk melindungi sinar matahari saat cuaca panas. Menurut BMKG, kondisi fenomena panas terik diprediksi masih dapat berlangsung hingga Oktober 2023./ilustrasi
Rep: Shelbi Asrianti Red: Natalia Endah Hapsari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak orang mungkin menyadari sinar matahari terasa menyengat dan terik saat beraktivitas di luar ruang pada siang hari beberapa waktu belakangan. Sepekan terakhir, sebagian wilayah Indonesia memang mengalami fenomena suhu panas yang cukup terik pada siang hari.

Baca Juga


Sampai kapan fenomena itu akan terus berlanjut? Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kondisi fenomena panas terik diprediksi masih dapat berlangsung hingga Oktober 2023. Hal itu mengingat kondisi cuaca cerah masih cukup mendominasi pada siang hari.

"BMKG mengimbau kepada masyarakat untuk senantiasa menjaga kondisi stamina tubuh dan kecukupan cairan tubuh terutama bagi warga yang beraktifitas di luar ruangan pada siang hari supaya tidak terjadi dehidrasi, kelelahan dan dampak buruk lainnya," ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, lewat keterangannya yang diterima Republika.co.id.

Dia menyampaikan bahwa BMKG telah melangsungkan pengamatan suhu maksimum terukur selama periode 22-29 September 2023. Di beberapa wilayah Indonesia, suhu yang tercatat cukup tinggi, yakni kisaran 35 sampai 38 derajat Celsius pada siang hari.

Suhu maksimum tertinggi selama periode itu, yakni 38 derajat Celsius, terukur di Kantor Stasiun Klimatologi Semarang, Jawa Tengah, pada tanggal dan 29 September 2023. Begitu juga Stasiun Meteorologi Kertajati, Majalengka, Jawa Barat, pada 28 September 2023.

Sementara, suhu maksimum terukur di wilayah Jabodetabek berada pada kisaran 35 sampai 37,5 derajat Celsius. Temperatur maksimum hingga 37,5 derajat Celsius terukur di wilayah Tangerang Selatan pada 29 September 2023.

Guswanto menjelaskan, secara umum fenomena suhu panas terik terjadi karena dipicu beberapa kondisi dinamika atmosfer. Pertama, kondisi cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia terutama di Jawa hingga Nusa Tenggara (termasuk Jabodetabek) didominasi oleh kondisi cuaca yang cerah, serta sangat minimnya tingkat pertumbuhan awan terutama pada siang hari.

Kondisi tersebut menyebabkan penyinaran matahari pada siang hari ke permukaan bumi tidak dihalangi oleh awan di atmosfer, sehingga suhu pada siang hari di luar ruangan terasa sangat terik. Saat ini pun sebagian besar wilayah Indonesia terutama di selatan ekuator masih mengalami musim kemarau.

"Sebagian lainnya akan mulai memasuki periode peralihan musim pada periode Oktober-November ini, sehingga kondisi cuaca cerah masih cukup mendominasi pada siang hari," kata Guswanto.

Pada akhir September 2023, terpantau posisi semu matahari menunjukkan pergerakan ke arah selatan ekuator. Artinya, sebagian wilayah Indonesia di selatan ekuator, termasuk wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara, mendapatkan pengaruh dampak penyinaran matahari yang relatif lebih intens dibandingkan wilayah lainnya.

Pemanasan sinar matahari cukup optimal terjadi pada pagi menjelang siang dan pada siang hari. Namun demikian, fenomena astronomis ini tidak berdiri sendiri dalam mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis atau ekstrem di permukaan bumi.

"Faktor-faktor lain seperti kecepatan angin, tutupan awan, dan tingkat kelembapan udara memiliki dampak yang lebih besar juga terhadap kondisi suhu terik di suatu wilayah seperti yang terjadi saat ini di beberapa wilayah Indonesia," tutur Guswanto.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler