Bagaimana Seseorang Keracunan Sianida?
Ada beberapa bentuk sianida yang mematikan, termasuk natrium sianida.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sianida adalah salah satu racun yang paling terkenal, sering muncul dalam cerita mata-mata dan kriminal, dan memiliki reputasi sebagai penyebab kematian seketika. Namun, dalam dunia nyata, sianida adalah zat yang lebih kompleks.
Sianida dapat merujuk pada segala bahan kimia yang mengandung ikatan karbon-nitrogen (CN) dan dapat ditemukan di beberapa tempat yang mengejutkan. Dilansir Healthline pada Selasa (3/10/2023), sianida dapat ditemukan dalam beberapa makanan nabati yang umumnya aman dikonsumsi, seperti almond, kacang lima, kedelai, dan bayam.
Selain itu, sianida dapat ada dalam senyawa nitril tertentu yang digunakan dalam pengobatan, seperti citalopram (Celexa) dan simetidin (Tagamet). Nitril tidak terlalu beracun karena tidak mudah melepaskan ion karbon-nitrogen yang berfungsi sebagai racun dalam tubuh.
Sianida, bahkan dihasilkan sebagai produk sampingan metabolisme dalam tubuh manusia, dikeluarkan dalam jumlah kecil dengan setiap napas. Ada beberapa bentuk sianida yang mematikan, termasuk natrium sianida (NaCN), kalium sianida (KCN), hidrogen sianida (HCN), dan sianogen klorida (CNCI). Bentuk-bentuk ini dapat berwujud padat, cair, atau gas dan dapat ditemukan, misalnya, dalam kejadian kebakaran bangunan.
Apa saja gejala keracunan sianida?
Gejala paparan sianida dapat muncul dalam beberapa detik hingga beberapa menit. Gejalanya dapat meliputi kelemahan umum, mual, kebingungan, sakit kepala, kesulitan bernafas, kejang, penurunan kesadaran, hingga gagal jantung. Parahnya gejala tergantung pada dosis paparan, jenis sianida, dan durasi paparan.
Keracunan sianida dapat terjadi dalam dua bentuk: akut dan kronis. Keracunan sianida akut jarang terjadi, dan gejalanya muncul tiba-tiba dan seringkali mengancam jiwa. Sementara keracunan sianida kronis terjadi akibat paparan dalam jumlah yang lebih kecil dari waktu ke waktu, dengan gejala yang bertahap.
Apa penyebab keracunan sianida dan siapa yang berisiko?
Keracunan sianida jarang terjadi dan biasanya disebabkan oleh menghirup asap atau paparan yang tidak disengaja saat bekerja dengan atau di sekitar sianida. Orang yang bekerja di industri tertentu, seperti metalurgi, manufaktur plastik, pengasapan, atau fotografi, mungkin berisiko terkena paparan sianida. Ahli kimia juga berisiko karena penggunaan potasium dan natrium sianida dalam laboratorium.
Selain itu, sianida dapat ditemukan dalam beberapa produk sehari-hari, seperti penghapus cat kuku yang mengandung senyawa sianida organik atau makanan nabati tertentu dalam jumlah berlebihan, seperti biji aprikot, batu ceri, dan biji buah persik.
Bagaimana cara mendiagnosis keracunan sianida?
Jika Anda mencurigai keracunan sianida akut, segera cari bantuan medis darurat. Jika Anda mencurigai keracunan sianida kronis, temui dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mungkin melakukan tes darah untuk menilai tingkat keracunan dan jenis sianida yang ada.
Langkah awal dalam penanganan keracunan sianida adalah mengidentifikasi sumber paparan. Dokter akan menentukan metode dekontaminasi yang sesuai, tergantung pada sumber paparan.
Bisakah keracunan sianida menyebabkan komplikasi?
Jika tidak diobati, keracunan sianida, baik akut maupun kronis, dapat menyebabkan komplikasi serius seperti kejang, gagal jantung, koma, dan dalam beberapa kasus, kematian. Karena itu, pengobatan dan diagnosis dini sangat penting untuk mengurangi risiko komplikasi.
Cara mencegah keracunan sianida
Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko paparan sianida, termasuk memasang detektor asap di rumah, menjaga bahan kimia beracun terkunci dan aman dari jangkauan anak-anak, dan mengikuti peraturan keselamatan kerja jika bekerja dengan sianida dalam industri tertentu. Selain itu, bijaklah dalam mengonsumsi produk yang mengandung senyawa sianida organik dalam jumlah berlebihan. Penting untuk selalu berhati-hati dan mengetahui sumber paparan sianida potensial dalam lingkungan Anda.