Kasus Mahasiswi UMY, Pakar UGM Ungkap Sejumlah Faktor Penyebab Bunuh Diri

Kasus mahasiswi UMY, pakar UGM mengungkap sejumlah faktor penyebab bunuh diri.

factretriever
Bunuh diri (ilustrasi). Kasus mahasiswi UMY, pakar UGM mengungkap sejumlah faktor penyebab bunuh diri.
Rep: Febrianto A Saputro Red: Bilal Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Koentjoro menanggapi soal kasus  mahasiswa UMY yang diduga bunuh diri dari lantai 4 asrama puteri Unires UMY. Menurut Koentjoro ada sejumlah faktor penyebab terjadinya bunuh diri di kalangan mahasiswa.

Baca Juga


"Saya kira kelihatannya kita harus waspada bahwa orang tua pada zaman perubahan sekarang ini telah menciptakan generasi stroberi," kata Koentjoro saat dihubungi wartawan, Selasa (3/10/2023).

Menurutnya orang tua saat ini cenderung mengajarkan anaknya tentang angka numerik dan logika, namun tidak pernah diajarkan rasional. Karena itu peran pendidikan orang tua menjadi sangat penting untuk mencegah seseorang anak melakukan bunuh diri. Orang tua dinilai perlu mengajarkan anaknya tentang rasa dan intuisi. 

"Orang tua isinya perintah dan memarahi tidak pernah memuji, akibatnya anak bergaul dengan dirinya sendiri jarang dia baur dengan lingkungannya, hanya tertentu saja," ucapnya.

Selain itu, faktor tidak adanya teman juga menyebabkan seseorang mudah melakukan bunuh diri. Ia menyebut biasanya orang-orang yang seperti itu adalah orang yang introvert, yang tidak pernah mengungkapkan isi pikiran perasaannya pada orang lain.

"Pada waktu menyendiri itu dia bahasa psikologi tadi dia sedang terkena obsesif kompulsif tadi, karena selalu mencari celah mencari kesempatan untuk bunuh diri," ungkapnya.

Menurutnya bunuh diri bisa dicegah melalui deteksi dini. Ia pun mengusulkan kepada setiap universitas dan sekolah untuk selalu menekankan kepada murid dan mahasiswanya agar bercerita jika muncul pikiran untuk bunuh diri. Upaya dialog merupakan hal yang penting untuk dilakukan.

"Kalau mau bunuh diri harap cerita kepada teman terdekatnya yang dipercaya itu yang harus ditekankan," katanya.

"Dialog itu adalah media katarsis, kalau semakin dia banyak dialog maka beban yang dalam dirinya akan lepas sendiri," ucap dia menambahkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler