Setan Masih Menyesatkan Manusia di Alam Kubur?
Setan tak berhenti menyesatkan manusia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Setan tak berhenti menyesatkan manusia hingga menyekutukan Allah ta'ala. Bahkan ada sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa setan pun masih berupaya menyesatkan manusia saat di dalam kubur yakni ketika manusia ditanya tentang siapa Tuhannya.
Dalam keadaan itu, disebutkan bahwa setan hadir kepada orang yang meninggal itu, dan setan mengklai. kepada orang yang meninggal itu bahwa ia adalah Tuhan.
وروي عن سفيان الثوري رضي الله عنه ، أنه قال: إذا سئل الميت من ربك ، تزايا له الشيطان في صورة فيشير إلى نفسه: إني أنا ربك.
Artinya: Diriwayatkan dari Sufyan ats Tsauri.r.a beliau berkata: Ketika ditanya mayat tentang Tuhannya, maka setan memperlihatkan dirinya pada mayat itu dalam bentuknya, makansetan menunjuk ke dirinya sendiri: Sesungguhnya aku adalah tuhanmu.
(Lihat Imam Qurthubi dalam kitab at Tadzkirah halaman 333 yang diterbitkan Maktabah Darul Minhaj).
Menurut Abi Abdullah, apa yang dilakukan setan terhadap ahli kubur itu adalah bagian dari fitnah kubur. Tentunya orang-orang yang memiliki keimanan yang kokoh tidak akan terbujuk oleh tipu daya setan sehingga selamat di alam barzah. Oleh karena itu Rasulullah SAW mengajarkan doa agar memiliki kekokohan iman dan terhindar dari bujuk setan ketika di alam kubur.
اللَّهُمَّ ثَبِّتْ عِنْدَ الْمَسْأَلَةِ مَنْطِقُهُ ، وَافْتَحْ أَبْوَابَ السَّمَاءِ لِرُوحِهِ.
Allahumma Tsabit 'indal masalati mantiquhu waftah abwabas sampai liruhihi.
Artinya:Ya Allah berikanlah keteguhan iman ketika ditanya di dalam kubur dan bukakanlah pintu-pintu langit bagi rohku.
قال أبو عبد الله: فهذه فتنة عظيمة ؛ ولذلك كان رسول الله ﷺ يدعو بالثبات فيقول: اللهم ثبت عند المسألة منطقه ، وافتح أبواب السماء لروحه. فلو لم يكن للشيطان هناك سبيل ما كان ليدعو له رسول الله ﷺ أن يجيره من الشيطان ، فهذا تحقيق لما روي عن سفيان
Abu Abdullah mengatakan: maka hal tersebut adalah fitnah yang berat. Dan oleh karena itu Rasulullah SAW mengajarkan untuk berdoa meneguhkan keimanan, beliau berdoa: (Ya Allah berikanlah keteguhan iman ketika ditanya di dalam kubur dan bukakanlah pintu-pintu langit bagi rohku). Maka tidak ada bagi setan jalan karena Rasulullah telah berdoa agar terhindar dari bujukan setan. Ini ditahqiq (ditetapkan) ketika diriwayatkan Sufyan. (kitab at Tadzkirah halaman 333).
Selain itu, sangat dianjurkan bagi setiap Muslim sering membaca surat Al Ikhlasi. Sebab banyak keutamaan dalam surat Al Ikhlas. Salah satunya adalah menyelamatkan saat berada di dalam kubur. Sebagaimana disebutkan dalam satu riwayat bahwa orang yang membaca surat Al Ikhlas akan terbebas dari fitnah dan himpitan kubur.
ذكر أبو نعيم من حديث أبي العلاء يزيد بن عبد الله بن الشخير عن أبيه قال: قال رسول الله ﷺ: من قرأ : قل هو الله أحد. من مرضه الذي يموت فيه لم يفتن في قبره ، وأمن من ضغطة القبر ، وحملته الملائكة يوم القيامة بأكفها حتى تجيزه من الصراط إلى الجنة ، قال: هذا حديث غريب
Artinya: Abu Nu'aim meriwayatkan hadits dari Abi al 'Ala Yazid bin Abdullah bin Syukhair dari ayahnya, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: barangsiapa membaca Qul Huwallahu ahad, saat sakit yang membuatnya mati maka dia tidak akan terkena fitnah di dalam kubur dan selamat dari himpitan kubur, dan para malaikat akan membawanya pada hari kiamat dengan tangannya hingga melewati shirat sampai ke surga. Dia berkata hadits ini Gharib. (Lihat Imam Qurthubi dalam kitab at Tadzkirah halaman 330 yang diterbitkan Maktabah Darul Minhaj).
Sebab berdasarkan beberapa keterangan menyebutkan bahwa kubur akan menyempit dan menghimpit penghuninya.
وذكر هناد بن السري: حدثنا محمد بن فضيل عن أبيه عن ابن أبي مليكة قال: ما أجير من ضغطة القبر أحد ولا سعد بن معاذ الذي منديل من مناديله خير من الدنيا وما فيها.
Hannad bin As Sariy mengatakan : Muhammad bin Fudhail meriwayatkan kepada kami dari ayahnya dari Ibnu Abi Mukaikah, dia berkata: Tiada seorang pun yang tak akan terhimpit kubur termasuk Sa'ad bin Mu'adz yang saputangannya lebih baik dari dunia dan seisinya. (Lihat Imam Qurthubi dalam kitab at Tadzkirah halaman 323 yang diterbitkan Maktabah Darul Minhaj).
إِنَّ لِلْقَبْرِ ضَغْطَةً وَلَوْ كَانَ أَحَدٌ نَاجِياً مِنْهَا نَجَا مِنْهَا سَعْدُ بْنُ مُعَاذٍ
“Sesungguhnya kubur mempunyai penyempitan, jika ada seorang yang selamat darinya niscaya selamat darinya adalah Sa’ad bin Mu’adz.” (HR. Ahmad, Syaikh Syuaib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini sahih).
‘Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda,
لَوْ نَجَا أَحَدٌ مِنْ ضَمَّةِ الْقَبْرِ لَنَجَا سَعْدُ بْنُ مُعَاذٍ و لَقَدْ ضُمَّ ضَمَّةً ثُمَّ روخي عَنْهُ
“Jikalau ada seorang yang selamat dari penyempitan kubur, niscaya Sa’ad bin Mu’adz akan selamat. Akan tetapi, sungguh kuburnya telah disempitkan dengan sangat sempit, kemudian dilapangkan (setelah itu) untuknya. (HR. Thabrani).
Dari beberapa hadits tersebut bahwa alam kubur mengalami penyempitan dan menghimpit ahli kubur. Bahkan sahabat nabi Sa'ad bin Mu'adz pun merasakan menyempitnya kubur. Namun demikian himpitan kubur yang terjadi pada Sa'ad bin Mu'adz hanya sekali saja lalu kubur itu menjadi lapang. Lalu bagaimana dengan nasib umat Muslim atau orang-orang beriman lainnya apakah akan mengalami penyempitan kubur? Apa bedanya dengan orang-orang kafir?
Menurut Asy Suyuthi kubur akan terus menghimpit orang-orang kafir. Tetapi bagi orang Muslim kubur akan menghimpitnya ketika pertama kali jasad itu dimasukan ke dalam kubur. Tapi setelah itu kuburan orang-orang muslim akan menjadi lapang atau luas.
قَالَ أَبُو الْقَاسِم السَّعْدِيّ : لَا يَنْجُو مِنْ ضَغْطَة الْقَبْر صَالِح وَلَا طَالِح غَيْر أَنَّ الْفَرْق بَيْن الْمُسْلِم وَالْكَافِر فِيهَا دَوَام الضَّغْط لِلْكَافِرِ وَحُصُول هَذِهِ الْحَالَة لِلْمُؤْمِنِ فِي أَوَّل نُزُوله إِلَى قَبْره ثُمَّ يَعُود إِلَى الِانْفِسَاح لَهُ
Artinya: Abul Qasim As Sa'di mengatakan, "Tidak ada orang yang selamat dari himpitan kubur, baik yang saleh maupun yang jelek. Hanya saja, perbedaannya antara seorang muslim dan kafir, seorang kafir terus dihimpit, sedangkan seorang mukmin mendapatkan kondisi ini pada pertama turun ke kuburnya, kemudian dikembalikan ke keluasan." (Jalaluddin As Suyuthi dalam Hasyiyah Suyuthi 'ala Sunan An Nasa'i).