Ini Alasan Mengapa Intelijen Israel Kecele dengan Serangan Hamas

Hamas memanfaatkan momen krisis dan perpecahan politik yang tengah terjadi di Israel.

EPA-EFE/ATEF SAFADI
Sebuah kendaraan terbakar di kota Ashkelon di Israel setelah peluncuran roket dari Gaza, 07 Oktober 2023. Rentetan roket diluncurkan dari Jalur Gaza Sabtu pagi dalam serangan mendadak yang diklaim ole
Rep: Amri Amrullah Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM --- Kelompok Pejuang Islamis Palestina, Hamas, melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke Israel pada hari Sabtu (7/10/2023). Hamas menembakkan ribuan roket dari Jalur Gaza ke Israel, ketika puluhan pejuang menyusup ke perbatasan yang dibentengi dengan ketat di beberapa lokasi melalui udara, darat dan laut. 

Baca Juga


Serangan ini mengejutkan negara itu dan merupakan "kegagalan bersejarah" bagi badan intelijen Israel, menurut pakar Timur Tengah David Khalfa. Beberapa jam setelah serangan dimulai, para militan Hamas masih terlibat baku tembak di beberapa komunitas Israel di dekat Gaza. 

Dinas penyelamatan nasional Israel mengatakan setidaknya 40 orang telah terbunuh dan ratusan lainnya terluka. Ini menjadikannya serangan paling mematikan di negara itu dalam beberapa tahun terakhir. 

Eskalasi ini terjadi di tengah-tengah meningkatnya kekerasan antara Israel dan militan Palestina di Tepi Barat. Di mana dibarengi bersama dengan Jalur Gaza, bagian dari wilayah Palestina yang telah lama berusaha untuk mendirikan sebuah negara.

Hal ini juga terjadi pada saat pergolakan politik di Israel belakangan ini, kata Khalfa, yang telah dilanda perpecahan yang mendalam. Perpecahan itu terkait upaya untuk merombak peradilan dalam beberapa bulan terakhir.

David Khalfa, salah satu direktur Observatorium Afrika Utara dan Timur Tengah di lembaga pemikir Prancis, Fondation Jean-Jaurès. Ia mengatakan bahwa Hamas memanfaatkan kerentanan Israel untuk melaksanakan "Operasi Badai Al-Aqsa" yang mematikan.

Mengapa serangan ini dianggap belum pernah terjadi sebelumnya?

David Khalfa mengungkapkan serangan itu belum pernah terjadi sebelumnya baik dalam hal skala maupun kecanggihannya. Sejak Perang Yom Kippur pada 6 Oktober 1973, sebuah koalisi Arab yang terdiri dari pasukan Mesir dan Suriah melancarkan serangan mendadak ke Israel pada Yom Kippur - hari penebusan dosa umat Yahudi.

"Israel tidak pernah dihadapkan pada invasi darat berskala penuh seperti ini," katanya.

"Kita berbicara tentang pasukan komando Hamas - pasukan khusus yang beroperasi jauh di dalam wilayah Israel - dengan modus operandi layaknya tentara sungguhan," ujarnya.

Pasukan Hamas dinilai semakin....

 

 

 

Khalfa mengatakan mereka (pasukan Hamas) mulai teruji dalam pertempuran. Mereka dilatih dan dilengkapi dengan sumber daya taktis modern dan bertempur di beberapa tempat, mengirim delapan truk pickup dengan sekitar delapan orang bersenjata dalam satu kendaraan. 

Selama ini, kata dia, mereka telah berpatroli di jalan-jalan kota dan desa di Israel selatan. Dan situasi ini sama sekali belum pernah terjadi sebelumnya. Ini adalah serangan kejutan besar-besaran, sebuah serangan terkoordinasi yang membutuhkan tingkat kecerdasan dan persiapan dari pihak Hamas. 

Situasi ini sama sekali belum pernah terjadi sebelumnya. Ini adalah serangan kejutan besar-besaran, sebuah serangan terkoordinasi yang membutuhkan tingkat kecerdasan dan persiapan dari pihak Hamas. 

"Mungkin juga dukungan logistik dari Jihad Islam di satu sisi dan Hizbullah serta Iran di sisi lain. Hal itu akan sangat membantu untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi saat ini," katanya. 

Mengapa Badan Intelijen Israel tidak Bisa Mengantisipasi kejadian ini?

Menurut David Khalfa serangan ini adalah kegagalan besar bagi badan intelijen Israel. Kegagalan yang bahkan dapat digambarkan sebagai kegagalan bersejarah dan tanpa melebih-lebihkan, dapat dibandingkan dengan apa yang terjadi pada tahun 1973.

Warga melihat dampak dari serangan roket dari Gaza di Tel Aviv, Israel, Sabtu (7/10/2023). - (AP Photo/Moti Milrod)

Israel adalah negara yang selalu dalam keadaan siaga, siap berperang kapan saja. Ia selalu waspada. Jelas bahwa ada ketidaksiapan tertentu, mungkin kesalahan dalam analisis dan estimasi di pihak badan intelijen Israel, tetapi juga dalam persiapan pasukan khusus Israel [untuk serangan seperti ini].

Tampaknya tentara Israel sendiri berada dalam keadaan terkejut. Negara ini berada dalam kabut perang, dan keberhasilan operasi Hamas sebagian besar bergantung pada elemen kejutan, tetapi juga pada manuver-manuver tentara gabungan.

Serangan itu bersifat....

 

 

Serangan itu bersifat tiga dimensi; terjadi di darat, laut, dan udara. Mungkin itulah yang membuat orang Israel terkejut.

Israel adalah negara yang mengandalkan teknologinya untuk mengantisipasi ancaman dan menetralisirnya sebelum ancaman itu muncul. Jelas bahwa ada masalah dalam hal antisipasi, dan mungkin ada masalah dalam analisis tingkat ancaman.

Skenario yang diperkirakan oleh badan intelijen Israel adalah invasi dari utara, melalui Hizbullah di Lebanon selatan. Mereka dibutakan.

Mengapa Hamas memilih menyerang sekarang?

David Khalfa menyebut, operasi ini terjadi pada saat Israel menghadapi krisis politik dan institusional yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tetapi juga krisis identitas, dengan masyarakat Israel yang terpecah dan terpolarisasi dalam skala besar.

Hamas tidak merahasiakan niatnya untuk memanfaatkan kerentanan Israel untuk melakukan serangan semacam ini.

Krisis nasional telah mengguncang Israel selama beberapa bulan ini, dengan berbagai aksi protes yang terjadi setiap minggunya. Dan kemudian ada peringatan 50 tahun Perang Yom Kippur, yang dimulai kemarin, pada tanggal 6 Oktober.

Hamas jelas bertekad untuk mengikuti jejak koalisi Arab, baik secara simbolis maupun dalam hal komunikasi, dengan tekad untuk menyerang dengan keras dan cepat. Dan akhirnya warga Israel berada dalam keadaan terkejut dan heran. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler