Empat Amalan Ketika Kemarau Berakhir dan Musim Hujan Datang

Musim kemarau diprediksi akan segera berakhir.

Flickr
Musim kemarau diprediksi akan segera berakhir. Foto; Hujan deras/ilustrasi
Rep: Andrian Saputra Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau kering di Indonesia akan segera berakhir. BMKG memperkirakan pada November hujan sudah mulai turun. Lalu bagaimana Muslim menyikapi berakhirnya musim kemarau dan menyambut datangnya musim penghujan?

Baca Juga


1) Merasa takut kepada Allah ta'ala

Di balik perubahan musim kemarau ke musim hujan yang terjadi, seorang Muslim seyogianya tetap untuk menanamkan rasa takut kepada Allah SWT. Sebab boleh jadi Allah menurunkan azabnya kepada orang-orang yang bermaksiat dengan angin dan hujan lebat yang turun. Kekhawatiran seperti ini juga menyelimuti Rasulullah SAW. Sehingga kendati musim hujan turun, tidak lantas bergembira berlebihan. Namun tetap mengingat Allah, bersyukur dan merasa takut kepada Allah. 

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنَا عَمْرٌو أَنَّ أَبَا النَّضْرِ حَدَّثَهُ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ يَسَارٍ عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَطُّ مُسْتَجْمِعًا ضَاحِكًا حَتَّى أَرَى مِنْهُ لَهَوَاتِهِ إِنَّمَا كَانَ يَتَبَسَّمُ وَكَانَ إِذَا رَأَى غَيْمًا أَوْ رِيحًا عُرِفَ ذَلِكَ فِي وَجْهِهِ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ النَّاسُ إِذَا رَأَوْا الْغَيْمَ فَرِحُوا رَجَاءَ أَنْ يَكُونَ فِيهِ الْمَطَرُ وَأَرَاكَ إِذَا رَأَيْتَهُ عُرِفَتْ فِي وَجْهِكَ الْكَرَاهِيَةُ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ مَا يُؤَمِّنُنِي أَنْ يَكُونَ فِيهِ عَذَابٌ قَدْ عُذِّبَ قَوْمٌ بِالرِّيحِ وَقَدْ رَأَى قَوْمٌ الْعَذَابَ فَقَالُوا هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا

Artinya: Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Shalih] berkata, telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Wahb] berkata, telah mengabarkan kepada kami [Amru] bahwa [Abu An Nadhr] menceritakan kepadanya dari [Sulaiman bin Yasar] dari ['Aisyah radliallahu 'anha] isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ia berkata, "Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu 'Alahi Wasallam tertawa terbahak banyak hingga terlihat tekaknya, Biasanya beliau hanya tersenyum. Jika beliau melihat awan mendung atau angin, semua itu terlihat dari raut mukanya (yakni beliau bersedih). Aku lalu bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, orang-orang jika melihat awan mendung, mereka berbahagia karena mengharap akan mendapatkan hujan. Tetapi jika engkau melihat awan mendung maka aku melihat tanda kegelisahan dari raut wajahmu?" beliau menjawab: "Wahai 'Aisyah, aku tidak merasa aman. Karena di dalamnya terkandung adzab; suatu kaum pernah disiksa oleh Allah dengan angin, dan kaum lain saat melihat siksa itu justu berkata, "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita." (HR. Abu Daud).

An Nawawi rahimahullah mengatakan:

فيه الاستعداد بالمراقبة لله والالتجاء إليه عند اختلاف الأحوال وحدوث ما يخاف بسببه وكان خوفه صلى الله عليه وسلم أن يعاقبوا بعصيان العصاة وسروره لزوال سبب الخوف

“Dalam hadits ini terkandung anjuran untuk senantiasa merasa diawasi oleh Allah dan berlindung pada-Nya tatkala terjadi perubahan cuaca dan nampak penyebab sesuatu yang ditakutkan. Rasa takut beliau SAW tersebut karena khawatir umat beliau akan diadzab dengan sebab kemaksiatan yang dilakukan oleh para pelaku maksiat dan beliau akan kembali gembira ketika sebab yang menimbulkan ketakutan telah berlalu (dalam hal ini awan mendung dan angin kencang-pent)” (Syarh Shahih Muslim 6/196).

 

2)Memanjatkan syukur kepada Allah

Bersyukurlah kepada Allah ketika mendapati perubahan musim. Dengan bersyukur Allah ta'ala akan menambahkan nikmat dan mengangkat derajat seorang hamba. 

Imam An Nawawi dalam Al Adzkar (1/182) berkata:

ويستحب أن يشكر الله سبحانه وتعالى على هذه النعمة ، أعني نزول المطر.

Artinya: “Dianjurkan untuk bersyukur kepada Allah atas curahan nikmat ini, yaitu nikmat diturunkannya hujan.”

3)Berdoa memohon hujan yang berkah

Dalam al Umm (1/223-224) imam Asy Syafi’i menyebutkan sebuah hadits mursal, bahwasanya SAW bersabda,

اطْلُبُوا اسْتِجابَةَ الدُّعاءِ عِنْدَ التقاءِ الجُيُوشِ وَإقامَةِ الصَّلاةِ وَنُزُولِ الغَيْثِ

Artinya: “Bergegaslah berdo’a di waktu yang mustajab, yaitu ketika bertemunya dua pasukan di medan pertempuran, ketika shalat hendak dilaksanakan, dan turunnya hujan.”

Imam Ibnul Qayyim juga menyebutkan hal ini dalam kitabnya Zaadul Ma’ad (1/439)

Adapun doanya bisa dengan lafadz berikut:

اَللَّهُم صيبا نَافِعًاَّ

 “Ya Allah, turunkanlah hujan yang baik dan bermanfaat.” (HR. Bukhari).

4)Sunah membasahi tubuh dengan air hujan

Dari Anas Ra, dia berkata,

أصابنا ونحن مع رسول الله صلّى الله عليه وسلّم مطر، قال: فحسر رسول الله صلّى الله عليه وسلّم ثوبه حتى أصابه من المطر، فقلنا يا رسول الله لم صنعت هذا؟ قال: “لأنه حديث عهد بربه

Artinya: “Hujan mengguyur kami beserta rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyingkap sebagian bajunya sehingga hujan membasahi sebagian tubuhnya. Kami bertanya kepada beliau, “Wahai rasulullah, mengapa engkau lakukan hal itu? Beliau menjawab, “Aku melakukannya karena hujan tersebut adalah rahmat yang baru saja diciptakan oleh Allah” (HR. Muslim nomor 898).

An Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim 6/196 mengatakan,

معنى حديث عهد بربه أي بتكوين ربه اياه ومعناه أن المطر رحمة وهي قريبة العهد بخلق الله تعالى لها فيتبرك بها وفي هذا الحديث دليل لقول أصحابنا أنه يستحب عند أول المطر أن يكشف غير عورته ليناله

Artinya: “Makna dari ucapan beliau ‘حديث عهد بربه’ adalah hujan ini semata-mata dibentuk oleh Rabb-nya, maksudnya adalah hujan tersebut adalah rahmat yang baru saja diciptakan Allah ta’ala, maka beliau bertabarruk dengannya. Hadits ini merupakan dalil bagi pendapat rekan-rekan kami (para ulama bermazhab Syafii,) yang menyatakan bahwa dianjurkan menyingkap bagian tubuh selain aurat ketika permulaan hujan agar hujan mengguyur tubuhnya.”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler