Kisah Umar bin Khattab Membebaskan Yerusalem dan Palestina

Yerusalem dan Palestina dibebaskan pasukan Muslim di bawah Umar bin Khattab.

google.com
Umar bin Khattab menuntun unta yang ditunggangi pemantunya saat masuk ke Yerusalem / Palestina. (ilustrasi)
Rep: Muhyiddin Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Yerusalem adalah kota suci bagi tiga agama monoteistik terbesar, yaitu Islam, Yahudi, dan Kristen. Karena sejarahnya yang membentang ribuan tahun, kota ini mempunyai banyak nama, seperti Yerusalem, al-Quds, Yerushalayim, Aelia, dan banyak lagi.

Baca Juga


Nama-nama Yerusalem  tersebut semuanya mencerminkan warisannya yang beragam. Ini adalah kota yang dijadikan rumah bagi banyak nabi Islam, mulai dari Nabi Sulaiman dan Nabi Dawud hingga Nabi Isa.

Semasa hidup Nabi Muhammad SAW, beliau juga melakukan perjalanan ajaib dalam satu malam dari Makkah ke Yerusalem dan kemudian dari Yerusalem ke Surga yang dikenal dengan Isra’ dan Mi’raj.

Namun, semasa hidup Rasulullah, Yerusalem tidak pernah berada di bawah kendali politik Muslim. Hal ini berubah pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, yang merupakan khalifah kedua Islam.

Umar Melawan Bizantium....

 

Umar Melawan Bizantium                                 

Semasa hidup Muhammad SAW, Kekaisaran Bizantium menyatakan dengan jelas keinginannya untuk menghilangkan agama Islam yang baru berkembang di perbatasan selatannya.

Ekspedisi Tabuk dimulai pada Oktober 630, dengan Muhammad SAW memimpin pasukan sebanyak 30 ribu orang ke perbatasan untuk melawan Kekaisaran Bizantium.

Meskipun tidak ada tentara Bizantium yang menemui Muslim untuk berperang, ekspedisi tersebut menandai dimulainya Perang Muslim-Bizantium yang berlanjut selama beberapa dekade.

Selama pemerintahan khalifah Abu Bakar dari tahun 632 hingga 634, tidak ada serangan besar yang dilakukan ke wilayah Bizantium. Pada masa kekhalifahan Umar ibn al-Khattab, umat Islam mulai melakukan ekspansi serius ke utara hingga ke wilayah Bizantium.

Umar mengirimkan beberapa jenderal Muslim yang paling cakap, termasuk Khalid bin Walid dan Amr bin Ash untuk melawan Bizantium.

Pertempuran Yarmuk yang menentukan pada tahun 636 merupakan pukulan besar bagi kekuatan Bizantium di wilayah tersebut, yang menyebabkan jatuhnya banyak kota di seluruh Suriah seperti Damaskus.

Dalam banyak kasus, tentara Muslim disambut baik oleh penduduk setempat – baik Yahudi maupun Kristen. Mayoritas umat Kristen di wilayah tersebut adalah penganut Monofisit, yang memiliki pandangan lebih monoteistik tentang Tuhan yang mirip dengan apa yang diajarkan oleh umat Islam baru.

Mereka menyambut pemerintahan Muslim di wilayah tersebut, bukan Bizantium, yang memiliki banyak perbedaan teologis dengan mereka.

Pembebasan Yerusalem-Palestina...

 

Pembebasan Yerusalem-Palestina

Pada tahun 637, tentara Muslim mulai bermunculan di sekitar Yerusalem. Yang bertanggung jawab atas Yerusalem adalah Patriark Sophronius, perwakilan pemerintah Bizantium, serta pemimpin Gereja Kristen.

Meskipun banyak tentara Muslim di bawah komando Khalid bin Walid dan Amr bin Ash mulai mengepung kota, Sophronius menolak menyerahkan kota itu kecuali Umar sendiri yang menerima penyerahan itu.

Mendengar kondisi tersebut, Umar bin Khattab meninggalkan Madinah, berjalan sendirian dengan seekor keledai dan seorang pembantunya.

Ketika Amirul Mukminin tiba di Yerusalem, dia pun disambut oleh Sophronius, yang pastinya takjub karena khalifah umat Islam, salah satu orang paling berkuasa di dunia pada saat itu, hanya mengenakan jubah sederhana dan tidak bisa dibedakan dari jubah pelayannya.

Umar diajak berkeliling kota, termasuk Gereja Makam Suci. Ketika waktu sholat tiba, Sophronius mengajak Umar untuk sholat di dalam Gereja, namun Umar menolak.

Umar bersikeras bahwa jika dia sholat di sana, umat Islam nantinya akan menggunakannya sebagai alasan untuk mengubahnya menjadi masjid, sehingga membuat umat Kristen kehilangan salah satu situs paling sucinya.

Sebaliknya, Umar berdoa di luar Gereja, di mana sebuah masjid kemudian dibangun. Nama masjid itu kemudian diberi nama Masjid Umar, yang sampai sekarang berdiri di Kota Lama Yerusalem.

Setelah membebaskan Yerusalem dan Palestina, Khalifah Umar kemudian membuat sebuah perjanjian bersama pemimpin gereja Kristen, Patriark Sophronius. Pernjanjian itu juga ditandatangi beberapa jenderal tentara Muslim.

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler