39 Warga Diduga Keracunan Setelah Makan Sate Jebred, Ini Penjelasan Dinkes Garut
Warga yang mengalami gejala keracunan ada dari Garut dan Tasikmalaya.
REPUBLIKA.CO.ID, GARUT — Jumlah warga di perbatasan Kabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, yang mengalami gejala keracunan makanan dilaporkan 39 orang. Dua warga dikabarkan meninggal dunia.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut Leli Yuliani mengatakan, berdasarkan data hingga Selasa (10/10/2023) sore, warga yang mengalami dugaan keracunan makanan ini berasal dari Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, dan Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya.
“Total yang terdampak itu 39 orang, yang terdiri dari warga Kabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalaya. Kebanyakan dari Garut,” kata Leli, saat dikonfirmasi Republika, Selasa.
Menurut Leli, dua warga meninggal dunia. Satu warga Garut dan satu warga Kabupaten Tasikmalaya. Ia mengatakan, masih ada pasien yang menjalani rawat inap di Puskesmas Cilawu dan Klinik Cihideung, Kecamatan Cilawu. Adapun mayoritasnya disebut sudah kembali ke rumahnya masing-masing untuk menjalani rawat jalan karena kondisinya dinilai tak terlalu mengkhawatirkan.
“Kalau rawat inap, asalnya di puskesmas 14 orang dan klinik lima orang. Namun, sekarang di puskesmas tinggal empat dan Klinik Cihideung empat orang. Jadi, tinggal delapan orang (menjalani rawat inap),” kata Leli.
Kronologi
Leli menjelaskan, gejala keracunan yang dialami puluhan warga itu diduga muncul setelah mengonsumsi makanan sate jebred yang dijual di Pasar Bojong Loa, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, pada Ahad (8/10/2023). “Diduga dari makanan sate jebred karena mereka semua habis makan sate jebred. Di sate itu kan kulit, terus ada serundeng begitu,” ujar dia.
Menurut Leli, warga yang berbelanja di Pasar Bojong Loa itu bukan hanya dari Kabupaten Garut, melainkan juga dari Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya. Ia mengatakan, ada juga warga yang membeli bukan hanya untuk dikonsumsi pribadi, tapi juga untuk dijual kembali.
“Satu korban yang meninggal dari Kecamatan Cigalontang juga merupakan pedagang di warung yang menjual kembali sate jebred dari pasar,” kata Leli.
Warga yang diduga mengalami keracunan disebut rata-rata mengonsumsi sate jebred pada Ahad. Kemudian, pada Ahad sore, sejumlah warga ada yang mulai mengalami mual, muntah, dan diare. Pada Senin (9/10/2023), sejumlah warga berobat ke puskesmas.
Leli mengatakan, pihaknya masih melakukan pelacakan karena dikhawatirkan ada warga lainnya yang mengalami gejala serupa. Dinkes Kabupaten Garut, kata dia, mengupayakan pengobatan, penanganan, kemudian juga pengiriman sampel, dan rujukan apabila diperlukan.
“Kami juga koordinasi dengan pihak kecamatan dan Dinkes Tasikmalaya. Mudah-mudahan besok (pasien) sudah bisa pulang. Saya tadi lihat ke Cilawu, kondisinya sudah bagus,” kata Leli.
Sampel makanan diperiksa
Menurut Leli, sampel makanan yang dikonsumsi warga sudah diambil. Begitu juga sisa muntahan. Sampel itu akan diuji laboratorium untuk memastikan penyebab gejala yang dialami warga. “Mudah-mudahan dalam tiga hingga hari sudah keluar hasil uji lab,” kata dia.
Terkait pedagang sate jebred, Leli mengatakan, dilakukan penanganan oleh aparat kepolisian. Polisi juga disebut sempat ingin melakukan autopsi terhadap jenazah korban yang meninggal. Namun, pihak keluarga tidak mengizinkan.
Bupati Garut Rudy Gunawan sudah mengunjungi sejumlah pasien dengan gejala keracunan yang dirawat di Puskesmas Cilawu, Selasa. Bupati memastikan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut menjamin semua pasien dilayani dengan baik tanpa dipungut biaya.
Berkaca dari kasus ini, Bupati meminta masyarakat hati-hati ketika mengonsumsi makanan. “Saya mohon agar semua pihak hati-hati. Kalau ada yang aneh-aneh, jangan dimakan atau dibeli, atau setelah dimakan, jangan dilanjutkan makannya,” kata Bupati.