Mengapa Udara Sangat Panas? Ternyata Enam Hal Ini Penyebabnya
Ada sejumlah faktor yang menyebabkan cuaca saat ini menjadi sangat panas.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bumi yang kita huni kian memanas. Bulan lalu, para ahli sepakat bahwa itu merupakan September terpanas sepanjang sejarah pencatatan. Bahkan, suhu rata-rata global pada bulan September mencapai 1,7 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri.
Lantas, mengapa dunia saat ini sangat panas? Dilansir SBS, Rabu (11/10/2023), berikut ini adalah enam faktor yang berkontribusi.
1. El Nino
Salah satu alasan dari suhu panas yang luar biasa ini adalah El Nino, sebuah fenomena pemanasan suhu muka laut di atas normal yang terjadi di sebagian besar wilayah Pasifik tropis. Pemanasan ini, dan efek El Nino di bagian lain dunia, meningkatkan suhu rata-rata global sekitar 0,1 hingga 0,2 derajat Celsius.
Dengan mempertimbangkan fakta bahwa ini adalah El Nino besar pertama dalam delapan tahun terakhir, tidak terlalu mengejutkan jika suhu di bumi kian memanas.
2. Polusi
Polusi udara dari aktivitas manusia telah menjadi salah satu penyebab utama dari emisi gas rumah kaca. Ada beberapa upaya untuk mengurangi polusi ini, termasuk kesepakatan internasional untuk mengurangi emisi sulfur dioksida dari industri pelayaran global.
Namun, kadar polusi yang menurun juga diduga berkontribusi terhadap pemanasan suhu udara, terutama di wilayah Atlantik Utara dan Pasifik. Pasalnya, sinaran matahari akan lebih terasa lebih terik saat sampai ke permukaan.
3. Meningkatnya aktivitas matahari
Ada beberapa siklus matahari yang berbeda, tetapi siklus 11 tahun adalah siklus yang paling relevan dengan iklim saat ini. Matahari menjadi lebih aktif dari titik minimum pada akhir tahun 2019. Hal ini juga sedikit berkontribusi terhadap lonjakan suhu global. Secara keseluruhan, peningkatan aktivitas matahari hanya berkontribusi paling banyak seperseratus derajat terhadap panas global saat ini.
4. Uap air dari letusan gunung berapi Hunga Tonga
Pada tanggal 15 Januari 2022, gunung berapi bawah laut Hunga Tonga-Hunga Haʻapai meletus di Samudra Pasifik Selatan, melepaskan uap air dalam jumlah besar ke atmosfer. Uap air adalah gas rumah kaca, sehingga peningkatan konsentrasinya di atmosfer akan membuat gas rumah kaca melonjak.
Meskipun letusan terjadi hampir dua tahun yang lalu, letusan ini masih memiliki efek pemanasan kecil di planet ini. Namun, dengan berkurangnya polusi dan meningkatnya aktivitas matahari, kita berbicara tentang seperseratus derajat.
5. Sistem cuaca
Variabilitas suhu global terjadi dari tahun ke tahun, bahkan tanpa faktor seperti El Nino atau perubahan besar dalam polusi. Salah satu alasan mengapa bulan September ini begitu ekstrem adalah karena sistem cuaca yang berada di tempat yang tepat untuk memanaskan permukaan tanah.
Ketika kita memiliki sistem tekanan tinggi yang terus-menerus di atas wilayah daratan, seperti yang terlihat baru-baru ini di tempat-tempat seperti Eropa barat dan Australia, kita melihat suhu lokal meningkat dan kondisi panas yang tidak biasa.
Karena air membutuhkan lebih banyak energi untuk membuat lautan bergerak dan menghangat, kita tidak melihat respons cepat yang sama pada suhu di atas lautan. Posisi sistem cuaca yang menghangat di banyak wilayah daratan, ditambah dengan panas lautan yang terus terjadi, kemungkinan besar menjadi penyumbang panas rata-rata global juga.
6. Perubahan iklim
Sejauh ini, kontributor terbesar dari anomali suhu global naik 1,7 derajat celcius secara keseluruhan adalah perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia. Secara keseluruhan, dampak manusia terhadap iklim adalah pemanasan global sekitar 1,2 derajat Celcius.
Tingkat emisi gas rumah kaca yang mencapai rekor tertinggi, juga diperkirakan mempercepat pemanasan global.