FBI: Ancaman Terhadap Yahudi, Muslim, dan Arab Meningkat di AS
FBI mendorong masyarakat segera melaporkan apa pun yang dianggap mencurigakan.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Konflik yang terjadi antara Hamas dan zionis Israel tidak hanya berdampak pada wilayah tersebut, tapi juga secara global. FBI melaporkan mereka melihat terjadi peningkatan laporan ancaman terhadap komunitas Yahudi, Muslim, dan Arab di Amerika Serikat (AS).
"Kami menangani semua potensi ancaman dengan serius dan bekerja sama dengan mitra penegak hukum, untuk menentukan kredibilitas mereka, berbagi informasi, dan mengambil tindakan investigasi yang tepat," ujar FBI dalam sebuah pernyataan, dikutip di West Side Spirit, Jumat (20/10/2023).
Seperti imbauan lainnya, FBI juga mendorong masyarakat segera melaporkan apa pun yang mereka anggap mencurigakan terhadap penegakan hukum. Kantor lapangan FBI di seluruh negeri disebut berkomunikasi tidak hanya dengan mitra penegak hukum, tetapi juga dengan organisasi berbasis agama dan sektor swasta.
Di Manhattan, kejahatan rasial tampaknya meningkat meskipun kejahatan tersebut terjadi secara acak dan tidak beralasan, serta bukannya ancaman kekerasan yang direncanakan. “Tidak ada ancaman spesifik yang dapat dipercaya terhadap Kota New York,” kata NYPD di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Meski demikian, mereka menambahkan saat ini semua pihak berada dalam lingkungan ancaman dan ketegangan meningkat, sejak serangan terhadap Israel pada 7 Oktober lalu. Di Manhattan, logo swastika disemprotkan ke bagian luar Second Ave. Deli, toko makanan Yahudi terkenal di Upper East Side. Sebelumnya, pemilik toko Jeremy Lebewohl dilaporkan mengunggah pesan pro-Israel di media sosial.
Di sisi lain, NYPD mengatakan sedang mencari seorang pria yang meninju wajah seorang wanita berusia 29 tahun. Aksi ini terjadi peron kereta nomor 7 di Terminal Grand Central, serta dia berkata, “Anda orang Yahudi.”
Hingga berita ini dibuat pelaku tindakan ini masih buron, sementara wanita tersebut yang menjadi korban mengalami luka ringan. Ada juga konfrontasi dalam unjuk rasa yang dilakukan oleh pengunjuk rasa pro-Palestina dan pro-Israel di Washington Square Park pada 17 Oktober.
Unjuk rasa ini terjadi sehari setelah serangan mematikan yang membunuh ratusan orang di Rumah Sakit Al-Ahil di Kota Gaza. Serangan tersebut sekaligus menyebabkan peningkatan ketegangan secara dramatis dan protes di seluruh Timur Tengah.
NYPD mengambil tindakan untuk memisahkan kedua kelompok di taman Greenwich Village. Pengunjuk rasa pro-Palestina meneriakkan, “Anda mengebom sebuah rumah sakit! Anda mengebom rumah sakit!”
Kelompok pejuang Hamas mengatakan ledakan itu berasal dari serangan udara Israel. Sementara, angkatan Pertahanan Israel mengatakan serangan itu berasal dari roket yang salah sasaran, yang diluncurkan oleh militan Palestina di dalam Gaza.
Para pengunjuk rasa pro-Israel, yang memegang poster bergambar 199 korban penculikan yang dilaporkan pada hari serangan Hamas pada 7 Oktober, berteriak, “bawa mereka (tahanan) pulang!” dan “Teroris! Teroris! Teroris!”
“Untuk membantu menjaga keamanan komunitas, kami telah berbicara dengan para pemimpin dari semua agama, termasuk para pemimpin Yahudi dan Muslim, berbagi informasi. Kami meminta mereka untuk memberi tahu jika mereka melihat sesuatu yang mengkhawatirkan,” kata FBI.
Melalui kantor Atase Hukum FBI di Tel Aviv, pihaknya disebut bekerja sama dengan mitra Kedutaan Besar Israel dan AS untuk mengidentifikasi semua orang Amerika yang terkena dampak di wilayah tersebut. Mereka juga terus bekerja untuk mencari mereka yang masih belum ditemukan, serta menyiapkan spesialis layanan korban untuk bekerja sama dengan para korban dan keluarga yang ada.
Melawan terorisme disebut tetap menjadi prioritas nomor satu FBI. Mereka tidak akan menoleransi kekerasan yang dimotivasi oleh kebencian dan ekstremisme.
“Kami akan terus melakukan segala daya kami untuk melindungi rakyat Amerika dan menegakkan keadilan bagi para korban dan keluarga mereka," lanjut FBI dalam pernyataannya.