Perang Ahzab dan Kedengkian Kaum Yahudi
Jazirah Arabia mengalami masa tenang pada tahun ke lima Hijriah.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Setelah peperangan-peperangan sebelumnya, Jazirah Arabia mengalami masa tenang pada tahun ke lima Hijriah. Melihat hal tersebut, kedengkian kaum Yahudi semakin menyala-nyala. Terlebih lagi mereka mengalami kekalahan dan kehinaan di hadapan kaum muslimin.
Seperti dikutip dari Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah ﷺ disarikan dari kitab Ar-rahiqul Makhtum, Maka mereka segera melakukan konspirasi dengan mengutus 20 orang tokoh-tokoh mereka serta para pemimpin Bari Nadhir untuk menemui kaum Quraisy untuk menyerukan peperangan terhadap Rasulullah ﷺ. Seraya menjanjikan untuk memberikan pertolongan dan berpihak kepada mereka, Kaum Quraisypun menyambut seruan tersebut.
Setelah berhasil dengan misinya, utusan tersebut kemudian menuju suku Gathafan untuk menyerukan hal yang sama pula. Merekapun mendapat sambutan positif dari suku Ghathafan.
Kaum Yahudi berhasil dengan misinya. Selang beberapa waktu, dari arah utara keluarlah pasukan Quraisy dan Kinanah dan sekutu-sekutu mereka dengan empat ribu pasukan yang dipimpin oleh Abu Sufyan. Sementara dari Timur, pasukan suku Ghathafan dan sekutu-sekutunya juga mulai berangkat. Pasukan Sekutu (Ahzab) tersebut, akhirnya keluar menuju kota Madinah untuk bertemu di tempat yang telah mereka sepakati.
Berdasarkan laporan intelejen, Rasulullah ﷺ dapat mengetahui bahaya besar tersebut sejak dini. Maka tanpa membuang waktu, beliau mengumpulkan tokoh-tokoh kaum muslimin untuk bermusyawarah mengambil keputusan yang terbaik.
Salman al-Farisi mengusulkan membuat parit untuk mencegah majunya pasukan Ahzab. Beliau berkata :
“Ya Rasulullah, di negeri Persia jika kami terkepung, maka kami membuat parit".
Strategi tersebut belum dikenal oleh masyarakat Arab waktu itu. Namun karena melihat hal tersebut bermanfaat, maka akhirnya kaum muslimin sepakat dengan usulan Salman al-Farisi tersebut.
Rencana tersebut langsung dilaksanakan. Dengan penuh semangat dan bahu membahu kaum muslimin menggali parit. Rasulullah ﷺ turut pula bersama mereka, bahkan beliau memberikan semangat dengan melantunkan bait syairnya :
Ya Allah, sesungguhnya tidak ada kehidupan kecuali kehidupan akhirat Maka ampunilah orang-orang Anshar dan Muhajirin
Tidak ketinggalan, Barra bin 'Azib juga melantunkan syairnya yang terkenal: Ya Allah, kalau bukan Engkau, niscaya kami tidak mendapat hidayah, juga tidak bershadaqah dan shalat.
Turunkanlah kepada kami ketenangan dan teguhkanlah kami jika bertemu musuh.
Sesungguhnya musuh telah menantang kami, jika mereka membuat fitnah, pasti kami tentang.
Kaum muslimin menggali parit sepanjang siang, dan pulang ke rumah jika malam menjelang. Kelaparan sangat mereka rasakan, karena persediaan makanan yang sangat sedikit.
Namun pada saat itu justru terjadi mukjizat Rasulullah ﷺ. Adalah seorang sahabat yang bernama Jabir bin Abdullah, tatkala melihat kondisi Rasulullah ﷺ yang sangat memprihatinkan, dia segera menyembelih seekor kambing dan menyiapkan masakan. Kemudian dia mengundang makan Rasulullah ﷺ dan beberapa orang sahabat saja Namun ternyata Rasulullah ﷺ justru mengundang seluruh sahabat yang menggali parit yang berjumlah tidak kurang 1.000 orang. Ternyata mereka semua dapat menikmati hidangan tersebut hingga kenyang, bahkan makanan tersebut masih tersisa seperti sedia kala.