IHSG Terpangkas 1,57 Persen Dibayangi Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS

Koreksi IHSG sejalan dengan pergerakan indeks global yang cenderung terkoreksi.

Republika/Thoudy Badai
Karyawan beraktivitas di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (24/8/2023).
Rep: Retno Wulandhari Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak lesu sepanjang perdagangan Senin (23/20/2023). Dibuka turun pada sesi pertama, IHSG konsisten bergerak di zona merah dan berakhir terkoreksi tajam sebesar 1,57 persen ke level 6.741,96 di penutupan sesi kedua.

Baca Juga


Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, pergerakan IHSG mendapat pengaruh dari sentimen global. Salah satunya kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun yang nyaris menyentuh level lima persen.

"Koreksi IHSG sejalan dengan pergerakan indeks global yang cenderung terkoreksi, sentimen yang memengaruhi antara lain yield US Treasury Note 10 Year berada di angka 4,9 persen," kata Herditya saat dihubungi Republika.

Selain itu, lanjut Herditya, pasar khawatir ketegangan geopolitik di Timur Tengah dapat memicu ketidakpastian global. Kondisi tersebut juga dikhawatirkan akan meningkatkan risiko inflasi sehingga mendorong bank sentral bersikap lebih hawkish.

Dari dalam negeri, Herditya melihat, pelemahan nilai tukar rupiah yang menyentuh level psikologis Rp 16.000 juga membebani indeks. Pelaku pasar cenderung beralih dari aset berisiko tinggi ke aset yang berisiko rendah atau safe haven.

Di sisi lain, menurut Herditya, pengaruh pencapresan terhadap IHSG tidak terlalu signifikan. Secara historis, IHSG biasanya cenderung bergerak positif menjelang tahun pemilu. 

"Menjelang tahun pemilu, pergerakan IHSG cenderung positif meskipun dari tingkat korelasinya tidak terlalu besar dibandingkan sentimen-sentimen yang beredar saat ini," kata Herditya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler