23 Orang Meninggal Kasus Kelaparan, Wapres Perintahkan Kirim Bantuan ke Yahukimo

Wapres menegaskan pemerintah akan menyiapkan lumbung pangan untuk masyarakat Papua.

Republika/Fauziah Mursid
Wakil Presiden KH Maruf Amin memanggil Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum Keamanan, Panglima TNI, BNPB, dan Bulog terkait penanganan kasus kekeringan dan kelaparan di Kabupaten Puncak, Papua Tengah, Rabu (2/8/2023).
Rep: Fauziah Mursid, Bambang Noroyono Red: Agus raharjo

REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALAN BUN -- Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin memerintahkan jajaran segera mengirimkan bantuan untuk menangani masalah kelaparan di Distrik Amuma, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan. Sebagaimana dilaporkan, sebanyak 23 orang meninggal dunia dan 12 ribu warga di 13 kampung wilayah terdampak kelaparan.

"Jangka pendek kita akan kirim bantuan ke sana," ujar Kiai Ma'ruf dalam keterangan persnya di sela kunjungan ke Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Rabu (25/10/2023).

Kiai Ma'ruf mengatakan, selain kiriman bantuan sebagai penanganan jangka pendek, Pemerintah juga menyiapkan strategi jangka panjang dalam mengatasi kelaparan di Yahukimo. Hal ini belajar dari pengalaman kasus kelaparan yang terjadi di wilayah Agandugume, Papua Tengah, beberapa waktu lalu. Kasus kelaparan di Agandugume karena pergantian musim mengakibatkan gagalnya pertanian.

Wapres menegaskan, pemerintah akan menyiapkan lumbung pangan untuk masyarakat yang terdampak kelaparan. Selain itu, pemerintah juga akan membangun skenario penanaman tanaman pangan yang cocok di wilayah tersebut segala musim.

"Tentu jangka panjang kita melihat disana itu makanan pokoknya apa, seperti yang di Papua Tengah itu kan ubi kita siapkan infrastruktur itu agar tanaman ubi, apakah ubi apakah sagu kita rencanakan. Selain beras kalau (Papua) Selatan kan lumbung beras," ujarnya.

Baca Juga


Kelaparan berulang di Papua...

"Jadi saya akan terus mengawasi penyiapan jangka panjang supaya nggak terjadi pengurangan," katanya lagi.

Sebelumnya, bencana kelaparan melanda di tiga wilayah terdampak kekeringan di Kabupaten Puncak, Papua Tengah. Tokoh Gereja Kingmi di Nabire Yones Douw mengungkapkan, korban meninggal dunia akibat bencana kehilangan sumber panganan di Distrik Agandugame, Lambewi, dan Oneri diyakininya lebih dari enam orang.

Pun kata dia, pengiriman perbantuan dan logistik untuk masyarakat masih tersendat. “Kalau pemerintah bilang korban meninggal itu ada enam (orang), informasi yang kami terima dari gereja-gereja, dan relawan-relawan itu jumlahnya (korban) lebih dari 10-orang (yang meninggal),” kata Yones saat dihubungi Republika.co.id dari Jakarta, Jumat (18/8/2023).

Yones mengaku turut datang ke distrik induk di Sinak beberapa waktu lalu untuk membantu pengiriman logistik ke masyarakat yang mengungsi. Pun untuk memberikan pengiriman bantuan via darat ke wilayah atas, di Puncak. Dari relawan-relawan yang berada di posko utama pengungsian itu, kata Yones, korban kelaparan akibat kekeringan di wilayah bencana terus bertambah.

“Gereja-gereja sudah kasih informasi ke pemerintah. Seharusnya pemerintah umumkan berapa korban yang kelaparan, berapa korban mengungsi, berapa korban yang sudah meninggal sebenarnya,” ujar Yones.

Atas nama komunitas gerejanya, Yones menegaskan, tak ingin bencana kekeringan yang berujung pada kelaparan masyarakat di Puncak, dianggap sepele dengan jumlah korban meninggal yang cuma enam orang. “Data enam orang meninggal itu untuk supaya masalah ini (kelaparan) tidak menjadi serius. Yang terjadi sebenarnya lebih dari pada itu,” ujar Yones.

Akses penyaluran bantuan sulit...

Ia mengatakan, pengiriman bantuan pangan dan sandang, serta lainnya memang mengalir deras dari semua penjuru ke masyarakat korban. Tetapi, konsentrasi perbantuan masih berada di pengungsian di Distrik Sinak. Sementara, kata Yones, diperkirakan masih ada ratusan warga di Agundugame, Lambewi, dan Oneri yang belum turun dan memilih bertahan.

Namun Yones memaklumi, pengiriman bantuan ke tiga wilayah kekeringan itu, bukan perkara yang sepele. Terutama dikatakan dia ke Lambewi, dan ke Oneri yang hanya bisa dicapai melalui akses darat. Pun jika ditempuh dengan kendaraan jelajah via darat, tetap dikatakan dia, memakan waktu seharian untuk sampai.

“Perbantuan dari mana-mana datang itu dikumpulkan di Sinak. Dari Sinak untuk sampai ke masyarakat yang kelaparan di atas, itu memang sangat sulit sekali,” kata dia.

Sulitnya akses ke wilayah bencana itu, dikatakan Yones semakin lengkap karena tak ada saluran komunikasi yang dapat memberikan informasi akurat tentang kondisi. Pun juga berapa jumlah warga yang meninggal dunia akibat kelaparan di Agundugame, Lambewi, maupun di Oneri.

KELAPARAN BERULANG DI PAPUA - (Republika)

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler