Manufaktur Amerika Serikat Menguat, Rupiah Kembali Terkulai
Ketahanan ekonomi AS akan membuat the Fed bisa mempertahankan suku bunga tinggi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah dipengaruhi tanda-tanda ketahanan ekonomi Amerika Serikat (AS) setelah data Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur AS diumumkan sebesar 51 dari perkiraan 49,8.
"Data tersebut menunjukkan berlanjutnya ketahanan perekonomian AS, yang pada gilirannya memberikan lebih banyak ruang bagi Federal Reserve untuk terus menaikkan suku bunga," kata dia dalam keterangan tertulis, Jakarta, Rabu (25/10/2023).
Menurut dia, tanda-tanda ketahanan ekonomi AS akan memberi The Fed lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu lebih lama, dan mengurangi daya tarik emas sebagai aset safe-haven.
"Bank sentral akan mengadakan pertemuan minggu depan untuk memutuskan suku bunga, meskipun pasar secara luas memperkirakan The Fed akan tetap mempertahankan kebijakannya. Namun, para pejabat Fed telah mengisyaratkan setidaknya satu kali kenaikan suku bunga lagi pada tahun ini, dan suku bunga akan tetap lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, setidaknya hingga akhir tahun 2024," ungkap Ibrahim.
Saat ini, pasar disebut sedang menunggu rilis data ekonomi AS, terutama data Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III/2023 yang akan dirilis pada Kamis (26/10). Laporan data PDB AS akan diikuti oleh rilis data inflasi PCE (Personal Consumption Expenditures) pada hari Jumat (27/10).
Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong menyampaikan bahwa hari ini investor mengalihkan perhatian pada data ekonomi AS dan pidato Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell.
"Investor mengantisipasi apabila Powell akan kembali bernada hawkish seperti minggu lalu. Pidato ini adalah yang terakhir bagi The Fed sebelum periode lockdown menjelang FOMC (Federal Open Market Committee) minggu depan," ucapnya.
Pada penutupan perdagangan hari ini, mata uang rupiah melemah sebesar 21 poin atau 0,13 persen menjadi Rp 15.870 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp 15.849 per dolar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu turut melemah ke posisi Rp 15.871 dari sebelumnya Rp 15.869 per dolar AS.