Rusia Minta Israel Tinggalkan Strategi Bumi Hangus untuk Membasmi Hamas

Strategi bumi hangus ini akan menghancurkan mayoritas penduduk sipil di Jalur Gaza.

Yasuyoshi Chiba/Pool Photo via AP
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan Rusia berusaha membujuk Israel untuk meninggalkan strategi bumi hangus.
Rep: Amri Amrullah Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan Rusia berusaha membujuk Israel untuk meninggalkan strategi "bumi hangus" karena "tidak mungkin menghancurkan" Hamas tanpa menghancurkan Jalur Gaza dengan mayoritas penduduk sipil.

Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita pemerintah Belarusia, Belta, Lavrov mengatakan bahwa alasan eskalasi yang terjadi di wilayah Palestina saat ini adalah konsekuensi langsung dari kegagalan untuk menciptakan negara Palestina. Menteri tersebut menilai "tidak nyata" prospek perundingan langsung Palestina-Israel.
 
Diplomat tinggi Rusia itu "heran" dengan kurangnya tanggapan dari Sekretariat Jenderal PBB mengenai jumlah staf organisasi yang terbunuh dalam eskalasi saat ini. Dia percaya "banyak" personel PBB yang tewas, dengan mempertimbangkan bahwa ratusan orang hanya bekerja di satu struktur PBB, Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).

Lavrov menentang tindakan Hamas pada 7 Oktober dan tanggapan Israel yang "merusak orang-orang tak berdosa" dan menyerukan gencatan senjata segera. 

Menlu Lavrov menyebut "bencana" pendekatan yang menunjukkan bahwa Israel memiliki hak untuk membela diri dengan cara apa pun dalam menanggapi serangan Hamas. "Jelas bahwa pendekatan seperti itu juga merupakan bencana. Jika Gaza dihancurkan, 2 juta penduduknya akan terusir dari sana seperti yang dikatakan oleh beberapa politisi di Israel dan di luar negeri, maka hal ini akan menciptakan bencana selama beberapa dekade atau bahkan berabad-abad," ujarnya memperingatkan.

Lavrov mendesak pihak-pihak yang bertikai untuk mengumumkan program-program kemanusiaan untuk menyelamatkan penduduk yang terjebak dalam blokade. 

"Kami telah berulang kali mengatakan kepada rekan-rekan Israel kami bahwa tanpa pembentukan negara Palestina melalui negosiasi, situasi ini tidak akan tenang. Mereka akan hidup secara permanen dikelilingi oleh wilayah Palestina yang tidak stabil. Dengan tidak adanya sebuah negara, akan selalu ada ancaman bagi Israel dari sana," katanya.

"Kami menjaga kontak penuh dengan Israel, duta besar kami secara teratur berkomunikasi dengan mereka. Kami mengirimkan sinyal tentang perlunya mencari solusi damai, dan tidak menyelesaikan strategi 'bumi hangus' yang telah diumumkan," katanya.

Kritik Barat

Menanggapi tuduhan mengambil untung dari eskalasi di Jalur Gaza karena mengalihkan perhatian dari situasi di Ukraina. Lavrov mengatakan pihak Rusia selalu disalahkan atas segala sesuatu, termasuk apa yang terjadi di Afrika dan banyak hal lainnya.

Menlu Rusia ini menekankan bahwa perkembangan terbaru di Ukraina dan di Jalur Gaza menunjukkan bahwa Barat perlu menghentikan "eksperimen" di seluruh dunia, termasuk di Asia, karena hal itu hanya akan menyebabkan destabilisasi.

Mengenai Ukraina, ia mengatakan bahwa ia memiliki kesan bahwa "Barat bahkan mulai sedikit takut dengan monster seperti apa yang telah dibesarkannya, mengingat bahwa (Presiden Ukraina) Volodymyr Zelenskyy dan rekan-rekannya semakin tidak patuh pada (kehendak Barat)."

Lavrov juga mengkritik Barat atas upaya-upaya mereka untuk menyusup ke Asia Tengah, sebuah wilayah terpencil yang tidak memiliki perbatasan yang sama.

"Tidak ada yang melarang memilih mitra, tetapi ketika negara-negara non-regional datang ke sini dengan niat yang tidak bersih, kami memperhatikan hal ini. Kami akan melakukan segalanya agar Asia Tengah tidak menderita akibat rencana semacam itu," katanya. 

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler