Semakin Banyak Negara yang Putuskan Hubungan dengan Israel, yang Terbaru Bahrain
Israel mengkritik negara Amerika Selatan setelah mereka memutus hubungan diplomatik.
REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Beberapa negara akhirnya dengan berani memutuskan hubungan dengan Israel. Sikap ini sebagai bentuk protes atas pengeboman dan pembunuhan warga sipil di Gaza.
Pada Kamis (2/11/2023), Bahrain mengusir duta besar Israel untuk Manama dan menarik kembali utusannya dari Tel Aviv. Dalam sebuah pernyataan, parlemen Bahrain mengatakan langkah tersebut merupakan bagian dari tindakan yang diambil untuk mendukung “perjuangan Palestina dan hak-hak sah rakyat Palestina”.
“Kami mengonfirmasi kepergian duta besar Israel ke negara tersebut, kembalinya duta besar Bahrain dari Israel, dan penghentian hubungan ekonomi,” bunyi pernyataan itu seperti dilansir Doha News.
Sehari sebelumnya, Yordania telah memanggil pulang duta besarnya untuk Israel, dan mengatakan bahwa negara itu hanya akan mengembalikan utusannya jika Israel menghentikan "krisis kemanusiaan yang ditimbulkannya".
Pada Selasa (31/11/2023) malam, Wakil Menteri Luar Negeri Bolivia Freddy Mamani mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa negaranya telah memutuskan "hubungan diplomatik dengan negara Israel sebagai bentuk penolakan dan kutukan terhadap serangan militer Israel yang agresif dan tidak proporsional yang terjadi di Jalur Gaza".
Negara tetangganya, Kolombia dan Chile juga memanggil pulang duta besar mereka untuk melakukan konsultasi untuk mengutuk kematian warga sipil di Gaza dan menyerukan gencatan senjata. Negara-negara Amerika Latin lainnya, termasuk Argentina dan Brasil, juga telah meningkatkan kritik mereka terhadap dampak operasi militer Israel terhadap warga sipil.
Israel lalu mengkritik negara-negara Amerika Selatan setelah mereka memutuskan hubungan diplomatik dan memanggil pulang duta besar. Israel pada hari Rabu (1/11/2023), meminta Kolombia dan Chile untuk "secara eksplisit mengutuk organisasi Hamas.
Di mana Israel memfitnah Hamas sebagai "organisasi yang membantai dan menculik bayi, anak-anak, perempuan dan orang tua," menurut sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Israel.
Seruan tersebut muncul beberapa jam setelah Chile dan Kolombia memanggil pulang duta besar mereka untuk Israel pada Selasa malam di tengah-tengah kecaman atas pembunuhan warga sipil di Gaza.
"Israel mengharapkan Kolombia dan Chile untuk mendukung hak sebuah negara demokratis untuk melindungi warga negaranya, dan menyerukan pembebasan segera semua orang yang diculik, dan tidak bersekutu dengan Venezuela dan Iran untuk mendukung Hamas," kata Kementerian Luar Negeri Israel.
Presiden Chile sebut Hamas...
Sebelumnya, Presiden Chile Gabriel Boric menyebut Hamas dalam sebuah pernyataan terpisah di X, sebelumnya Twitter, di mana ia mengatakan "warga sipil tak berdosa" adalah "korban utama serangan Israel."
Chile "tidak ragu mengutuk serangan dan penculikan yang dilakukan oleh Hamas," tulis Boric. "Kemanusiaan tidak dapat mempertahankan dirinya melalui ikatan yang tidak manusiawi," ujarnya.
Presiden Kolombia Gustavo Petro telah bersikap lebih tegas dengan membagikan banyak pesan di media sosial yang mengutuk tindakan Israel.
"Ini disebut genosida; mereka melakukannya untuk menyingkirkan orang-orang Palestina dari Gaza dan mengambil alihnya," tulis Petro di X. "Kepala negara yang melakukan genosida ini adalah penjahat terhadap kemanusiaan."
Sebelumnya, Israel telah mengutuk keputusan Bolivia pada hari Selasa untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel, dan menyebutnya sebagai "menyerah pada rezim Ayatollah di Iran." Meskipun Sunni, Hamas telah tumbuh semakin dekat dengan negara adidaya Syiah, Iran.
Bolivia juga sebelumnya pernah memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel pada tahun 2009 dan melanjutkannya kembali pada tahun 2020.