Jangan Lengah, Pengguna Komputer Indonesia Terancam Kena Serangan Siber
Kasus kejahatan dunia maya semakin banyak terjadi di Indonesia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Kasus kejahatan dunia maya semakin banyak terjadi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Tidak hanya ditujukan kepada perorangan, dunia usaha, dan korporasi saja, tetapi juga berbagai instansi kenegaraan hingga sektor pemerintahan.
Laporan terbaru Kaspersky kuartal ketiga tahun 2023 di Indonesia, dalam siaran pers yang diterima Republika menunjukkan lebih dari 20 persen pengguna komputer di tanah air terkena serangan berbasis web. Selain itu hampir sepertiga (27,6 persen) menjadi sasaran ancaman lokal.
Tinjauan ancaman triwulan didasarkan pada pemrosesan dan pengambilan data dari pengguna sukarela menggunakan Kaspersky Security Network (KSN).
Menurut laporan Kaspersky terbaru, sebanyak 7.330.765 deteksi ancaman online berhasil diblokir oleh solusi Kaspersky selama periode Juli hingga September tahun ini. Jumlah ini turun 22,49 persen dibandingkan 9.457.786 deteksi pada periode yang sama tahun lalu.
Selain itu, juga terjadi sedikit penurunan (5,16 persen) dibandingkan periode April hingga Juni (Q2) tahun ini yang berjumlah 7.729.320 deteksi ancaman dunia maya. Secara keseluruhan, 22,1 persen pengguna diserang oleh ancaman yang ditularkan melalui web selama periode kuartal ketiga 2023.
Hal ini menempatkan Indonesia pada peringkat ke-93 di dunia dalam hal bahaya yang terkait dengan penjelajahan web. Serangan melalui browser adalah metode utama penyebaran program berbahaya. Memanfaatkan kerentanan di browser dan pluginnya (drive-by download) dan rekayasa sosial adalah metode yang paling sering digunakan oleh penjahat siber untuk menembus sistem.
Selain itu, selama kuartal ketiga tahun 2023, produk Kaspersky telah mendeteksi dan menggagalkan sebanyak 12.939.096 insiden lokal di komputer peserta KSN di Indonesia. Jumlah ini turun 10,65 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 14.481.642 deteksi.
Worm dan virus file merupakan penyebab sebagian besar insiden tersebut. Data ini menunjukkan seberapa sering pengguna diserang oleh malware yang menyebar melalui drive USB yang dapat dilepas, CD dan DVD, serta metode “offline” lainya.
Secara keseluruhan, 27,6 persen pengguna di dalam negeri diserang oleh ancaman lokal selama periode ini. Hal ini menempatkan Indonesia pada peringkat ke-62 dunia.
Ini perlu menjadi perhatian, seiring dengan penelitian Kaspersky baru-baru ini tentang kampanye yang membahayakan jenis drive USB tertentu. USB tersebut digunakan untuk menyediakan enkripsi penyimpanan data yang aman, dan bentuk upaya spionase ini menargetkan entitas pemerintah di kawasan Asia-Pasifik (APAC).
Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky mengatakan meskipun ada sedikit penurunan dalam jumlah total ancaman lokal dan web yang berhasil diblokir oleh solusi Kaspersky pada kuartal terakhir di Indonesia, penting untuk dipahami bahwa ada banyak sekali tren dan teknologi baru yang diadopsi di sini, seperti teknologi AI, Internet of Things (IoT), dan berbagai kemungkinan lainnya dan perkembangan digitalisasi. Perkembangan ini disertai dengan kerentanan yang memerlukan pertahanan siber yang kuat.
“Kita cenderung fokus pada apa yang tampak di permukaan, meskipun ancaman dunia maya yang nyata dan paling penting justru berada di bawah permukaan. Pendekatan dalam dunia keamanan siber harus selalu tangkas selangkah lebih maju. Kami mendorong individu, perusahaan, pemerintah, dan seluruh pemangku kepentingan di Indonesia untuk berkolaborasi dan terus meningkatkan kemampuan pertahanan online terhadap ancaman yang terus berkembang,” kata Yeo.