Netanyahu Petimbangkan Jeda Pertempuran di Gaza

Netanyahu tetap menolak seruan gencatan senjata meski ada tekanan internasional

AP Photo/Abir Sultan
PM Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan, Israel akan mempertimbangkan "jeda kecil taktis" dalam pertempuran di Gaza
Rep: Dwina Agustin Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan, Israel akan mempertimbangkan "jeda kecil taktis" dalam pertempuran untuk memfasilitasi masuknya bantuan atau keluarnya sandera dari Jalur Gaza. Namun dia tetap menolak seruan gencatan senjata meskipun ada tekanan internasional.

Gagasan yang didukung oleh sekutu utama Israel, Amerika Serikat, ini akan terus dipertimbangkan berdasarkan keadaan. “Selama jeda taktis, satu jam di sini, satu jam di sana, kita sudah mengalaminya sebelumnya. Saya kira kita akan memeriksa keadaan untuk memungkinkan barang, barang kemanusiaan masuk, atau sandera kita, sandera individu, untuk pergi,” kata Netanyahu kepada ABC News pada Senin (6/11/2023).

Netanyahu mengatakan, gencatan senjata secara umum akan menghambat upaya perang negaranya. Namun pemerintahan Israel akan menghentikan pertempuran karena alasan kemanusiaan.

“Tapi menurut saya tidak akan ada gencatan senjata secara umum," ujar perdana menteri Israel itu.

Sebelumnya Israel mengatakan, para sandera harus dibebaskan terlebih dahulu. Sedangkan Hamas mengatakan mereka tidak akan membebaskan mereka atau menghentikan pertempuran ketika Gaza sedang diserang.

Presiden AS Joe Biden membahas jeda tersebut dan kemungkinan pembebasan sandera melalui panggilan telepon dengan Netanyahu pada Senin. Dia menegaskan kembali dukungannya untuk Israel sambil menekankan bahwa Israel harus melindungi warga sipil. Seperti Tel Aviv, Washington beralasan Hamas akan memanfaatkan gencatan senjata penuh untuk mengumpulkan kekuatan kembali.

Organisasi-organisasi internasional mengatakan rumah sakit tidak dapat menangani korban luka dan makanan serta air bersih hampir habis dan pengiriman bantuan tidak mencukupi. "Kita memerlukan gencatan senjata kemanusiaan segera. Sudah 30 hari berlalu. Cukup sudah. Ini harus dihentikan sekarang," kata pernyataan dari pimpinan beberapa badan PBB pada Senin.

Tapi, militer Israel tetap melanjutkan serangan pada Senin. Tentara merilis video tank bergerak melalui jalan-jalan yang dibom dan sekelompok tentara bergerak dengan berjalan kaki. Dikatakan bahwa mereka telah mengepung Gaza City, memotong bagian utara jalur pantai sempit tersebut dari bagian selatan.

Dalam jumpa pers, kepala juru bicara militer Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan, pasukan sedang memburu komandan lapangan Hamas. “Menghilangkan komando lapangan Hamas secara signifikan melemahkan kemampuan Hamas untuk melakukan serangan balasan,” kata Hagari.

Tindakan itu pun telah mengabaikan seruan keras dari Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. Dia memperingatkan bahwa Gaza menjadi kuburan bagi anak-anak dan menyerukan gencatan senjata segera.

“Operasi darat oleh Pasukan Pertahanan Israel dan pemboman yang terus berlanjut menghantam warga sipil, rumah sakit, kamp pengungsi, masjid, gereja dan fasilitas PBB termasuk tempat penampungan. Tidak ada yang aman,” kata Guterres.

Dewan Keamanan PBB bertemu secara tertutup pada Senin. Badan beranggotakan 15 perwakilan negara tersebut masih berusaha menyetujui resolusi setelah gagal mengambil tindakan sebanyak empat kali dalam dua minggu. Para diplomat mengatakan, kendala utamanya adalah apakah akan menyerukan gencatan senjata, penghentian permusuhan, atau jeda kemanusiaan untuk memungkinkan akses bantuan di Gaza. 

Baca Juga


sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler