Guru Diminta Uang Saat Cuti Hamil, Wawalkot Bogor: Biaya Guru Pengganti dari Mana?

Soal guru diminta uang cuti hamil, Wawalkot Bogor malah tanyakan dana guru pengganti.

Photo by freestocks from Pexels
Ilustrasi ibu hamil. Soal guru diminta uang cuti hamil, Wawalkot Bogor malah tanyakan dana guru pengganti.
Rep: Shabrina Zakaria Red: Bilal Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Belum lama ini viral di media sosial terkait curhatan seorang guru SD di Kota Bogor yang diminta uang hingga diancam dipecat seusai mengajukan cuti melahirkan. Saat ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor tengah mendalami persoalan tersebut.

Baca Juga


Dalam unggahan yang beredar di media sosial, seorang guru SD di Kota Bogor mengajukan cuti hamil, tapi dimintai uang Rp 250 ribu agar pengajuan cutinya diterima. Bahkan, gajinya selama tiga bulan terancam dipotong 50 persen.

Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, Inspektorat Kota Bogor juga sedang melakukan penelitian atas peristiwa ini. “Intinya sih kita sedang meneliti lebih lanjut kebenaran dari berita tersebut. Ini kan lagi dalam proses inspektorat untuk melakukan penelitian,” kata Dedie, Selasa (7/11/2023).

Lebih lanjut, Dedie mengatakan, guru honorer yang cuti tetap memiliki kewajiban mengajar di kelas. Sebab, murid-murid di sekolah tetap harus ada yang mengajar.

Persoalannya adalah guru pengganti dan anggarannya...

 

Namun, dia menyebut, persoalan ini pada dasarnya merujuk pada kurangnya guru dan persoalan anggaran. Terutama untuk membayar guru pengganti.

“Tadi intinya sih siapa pun tentu punya hak untuk cuti, siapa pun punya hak untuk hamil, dan kemudian mengambil cuti hamil. Tapi, kemudian memang permasalahan guru pengganti ini dari mana, dan dari mana biayanya, tentu juga harus kita pikirkan bersama,” kata Dedie.

Sebagai contoh, Dedie menyebutkan, di Kota Bogor dalam sebulan bisa ada sekitar 20 guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang pensiun. Jika ditotal, dalam setahun ada sekitar 240 orang guru pensiun.

Sementara, dia melanjutkan, jumlah lowongan untuk guru PNS yang digelar biasanya relatif lebih kecil. Sehingga rasionya tidak sebanding dengan guru yang pensiun.

 

“Misalnya CPNS yang akan diplot untuk guru, yang paling setiap tahun ada 5-10 (orang). Ini yang kemudian pemenuhannya harus dari mana. Jadi hal-hal seperti ini sebetulnya yang lebih krusial yang harus kita carikan solusinya,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler