Cara Bedakan Bisikan dari Allah, Nafsu, dan Setan
Bisikan baik datang dari Allah SWT dan malaikat yang ditugaskan-Nya.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali atau yang dikenal Imam Al-Ghazali dalam buku Minhajul Abidin menjelaskan cara membedakan bisikan baik dan bisikan buruk di dalam hati. Bisikan baik datang dari Allah SWT dan malaikat yang ditugaskan-Nya, sementara bisikan buruk datang dari setan dan hawa nafsu.
Imam Al-Ghazali menjelaskan setelah memahami jenis-jenis bisikan, maka selanjutnya perlu memahami tiga soal penting yang mesti direnungkan dalam-dalam menyangkut bisikan dalam hati.
Pertama, sangatlah penting untuk mengetahui secara umum perbedaan antara keinginan baik dan keinginan buruk. Kedua, perlu untuk mengetahui apakah sebuah keinginan buruk itu lahir dari godaan hawa nafsu atau disebabkan oleh bisikan setan. Jawabannya harus diketahui dari awal karena metode untuk mengatasinya berbeda.
Ketiga, mengenai keinginan baik, juga perlu diketahui sejak awal apakah itu berasal dari bisikan Allah ataukah dari bisikan setan? Sebuah keinginan yang berasal dari bisikan Allah bisa direalisasikan, sedang kalau berasal dari bisikan setan maka harus ditolak. Prinsip yang sama juga diterapkan dalam hal keinginan baik yang berasal dari bisikan hawa nafsu.
Cara Bedakan Keinginan Baik dan Buruk
Untuk membedakan antara ide atau keinginan yang baik dengan ide yang buruk, seorang ulama menyarankan untuk menimbang keinginan-keinginan yang muncul dari hati dalam tiga timbangan.
Timbangan syariah...
Timbangan syariah. Jika keinginan yang terlintas dalam hati kamu itu sesuai dengan tuntunan agama, berarti itu baik. Namun, jika berlawanan dengan tuntunan yang haq atau berstatus syubhat (meragukan), maka itu berarti buruk.
Akan tetapi, jika masih belum jelas bagi kamu dengan menggunakan timbangan ini, beralihlah kepada teladan yang ditunjukkan oleh para alim yang pernah hidup di masa lalu (salafus saleh). Jika ada contohnya dari mereka, maka ide atau bisikan itu berarti baik, dan sebaliknya jika berlawanan dengan contoh dari orang-orang saleh tersebut, maka itu buruk.
Kemudian, jika masih belum jelas juga bagi kamu dengan timbangan ini, tawarkan saja kepada hawa nafsu, lalu lihatlah reaksinya. Jika nafsu kamu tidak suka, berarti bisikan itu baik, tapi jika hawa nafsu kamu cenderung kepadanya secara insting lahiriah (bukan karena harapan kepada Allah), maka itu buruk. Sebab, nafsu itu benar-benar menyuruh kepada keburukan, tidak cenderung kepada kebaikan.
Dengan menggunakan ketiga timbangan tersebut akan jelas bagi kamu perbedaan antara bisikan baik dari bisikan buruk. Hanya Allah Ta'ala yang memberikan hidayah dengan anugerah-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Zat Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih.
Cara Mengenali Bisikan Buruk
Seorang ulama mengatakan untuk mengetahui apakah sebuah bisikan buruk yang muncul di hati kamu itu berasal dari Allah atau setan atau berasal dari hawa nafsu kita, maka ini juga harus diuji dalam tiga timbangan.
Pertama, jika bisikan itu...
Pertama, jika bisikan itu tertanam kuat sekali, maka itu berarti datang dari Allah Ta'ala. Tapi jika bisikan itu timbul tenggelam dan labil, maka ketahuilah itu berasal dari sisi setan. Kedua, jika bisikan tersebut mengiringi suatu perbuatan dosa yang kamu lakukan, maka itu datang dari Allah Ta'ala sebagai penghinaan dan hukuman berupa dampak buruk dari dosa itu.
Syaikh Al-Imam berkata, "Demikianlah, dosa-dosa itu menyebabkan kerasnya hati. Awalnya adalah bisikan, kemudian menyebabkan hati menjadi keras dan tertutup."
Tapi, jika bisikan buruk ini muncul sedari awal, bukan setelah dosa yang kamu lakukan, berarti itu datang dari sisi setan. Inilah yang kebanyakan terjadi. Sebab, setan mulai dengan mengajak kepada keburukan lalu mengarahkannya pada kesesatan dalam semua hal.
Ketiga, jika bisikan buruk itu tidak melemah dan tidak berkurang meski kamu sudah berzikir kepada Allah, maka berarti bisikan tersebut datang dari hawa nafsu. Akan tetapi, jika bisikan itu melemah dan berkurang setelah kamu mengingat Allah, maka berarti bisikan itu datang dari sisi setan.
Sesungguhnya setan itu bercokol di dalam hati. Namun, jika disebut nama Allah, ia akan bersembunyi. Akan tetapi, jika hati lalai, maka ia akan membisikkan kejahatan kembali.
Dilansir dari Kitab Minhajul Abidin yang diterjemahkan Abu Hamas As-Sasaky dan diterbitkan Khatulistiwa Press 2013.