Rugi Empat Tahun Berturut-turut, Peternak Ayam Mandiri Terancam Punah

Rata-rata harga pakan unggas telah mencapai Rp 9.000 per kg atau naik 70 persen.

Antara/Adeng Bustomi
Peternak memberikan pakan ayam broiler di Dzeta Farm, Desa Margaluyu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (23/5/2023). Menurut peternak harga ayam di tingkat peternak naik menjadi Rp40 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp32 ribu yang disebabkan adanya kenaikan pakan dari Rp9.500 menjadi Rp10.000 per kilogram dan harga bibit ayam broiler dari Rp7.200 menjadi Rp8.000 per ekor.
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Keberadaan peternak ayam mandiri diperkirakan bakal semakin berkurang seiring bisnis ayam dalam negeri yang tidak menguntungkan. Peternak Pembudidaya Unggas Niaga (PPUN) menyampaikan, mereka peternak broiler mandiri bahkan telah mengalami kerugian empat tahun berturut.

Baca Juga


“Kalau ini tidak dibenahi, tidak butuh waktu lama kita akan punah. Jangkan bertahan, kita mau berhenti tanpa tinggalkan utang saja sudah bagus,” kata Ketua PPUN, Wismarianto di Bogor, Rabu (8/11/2023).  

Ia menjelaskan, kondisi usaha perunggasan para peternak mandiri khususnya ayam broiler kian lesu sejak tahun 2019. Di mana, harga jual ayam kerap lebih rendah dari biaya produksi yang harus dikeluarkan para peternak. 

Kerugian secara empat tahun berturut-turut ini baru kali pertama terjadi dalam sejarah perunggasan nasional. Alhasil, sejak mengalami kelesuan, peternak yang tak punya modal kuat memilih untuk beralih profesi. 

Ia bercerita, sejak dulu peternak mandiri terbiasa menggunakan sistem bayar menggunakan tempo satu bulan dalam membeli pakan hingga bibit. Lantaran harga jual yang tak pernah menguntungkan, alhasil utang semakin menggunung dan sulit diatasi. 

Diketahui, rata-rata harga pakan unggas saat ini telah mencapai Rp 9.000 per kg atau naik 70 persen dalam beberapa bulan terakhir. Sebagai catatan, pakan berkontribusi sekitar 70 persen dari total biaya produksi.

Selain pakan, bibit ayam usia sehari atau day old chick (DOC) juga masih cukup mahal yakni sekitar Rp 7.000 per hari atau di atas acuan pemerintah Rp 5.500-Rp 6.500 per kg. 

“Jadi kurang lebih ongkos produksi ayam di peternak bisa Rp 21.500 per kg, tapi harga ayam saat ini kurang lebih antara Rp 18 ribu-Rp 19 ribu per kg, jadi rugi sekitar Rp 2.500-Rp 3.000 per kg,” katanya. 

Badan Pangan telah mengatur harga....

 

 

Adapun, Badan Pangan Nasional telah mengatur harga acuan pembelian harga ayam hidup di tingkat peternak sebesar Rp 21 ribu-Rp 23 ribu per kg. Kisaran harga itu masih dinilai memberikan keuntungan wajar bagi peternak.

Wismarianto menjelaskan, peternak mandiri tidak dapat menentukan harga sepihak karena tergantung pada pasar bebas. Apalagi saat ini Indonesia dalam kondisi surplus ayam. Di mana, total produksi daging ayam nasional tahun ini diproyeksi mencapai 4 juta ton sementara kebutuhan domestik hanya 3,5 juta ton. 

Di satu sisi, pangsa pasar peternak mandiri juga terus mengecil, saat ini hanya mengisi 15-20 persen dari total kebutuhan domestik. Sisanya, dipenuhi oleh produksi dari perusahaan unggas terintegrasi dengan modal yang kuat. 

“Kasihan. Peternak rayat itu kasihan sekali dan ini harus diselamatkan. Anggota kita saat ini hanya tinggal sekitar 100 dari dulu hampir 300-an anggota,” katanya. 

Pihaknya berharap agar seluruh pemangku kepentingan dapat duduk bersama membahas upaya peningkatan harga ayam di dalam negeri. Sejumlah usulan juga telah dibuat agar dapat menjadi prioritas pemerintah untuk menolong para peternak. 

Salah satunya, dengan melakukan audit jumlah populasi ayam broiler berskala nasional agar bisa diseimbangkan dengan permintaan pasar. Pihaknya juga meminta agar segera terbentuk segmentasi pasar yang jelas bagi peternak kecil mandiri dan perusahaan besar. 

“Saya yakin kalau semua duduk bersama dan memperhatikan peternak yang sudah hampir habis ini, saya yakin semua akan terurai dan ada solusinya,” kata dia. 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler