BSI Tower, Bangunan Ikonik Baru di Depan Monas dan Terhubung Stasiun MRT 

Erick Thohir menyebut, pembangunan BSI Tower jadi value creation aset-aset BUMN.

Muhammad Nursyamsi
Miniatur gedung BSI Tower yang akan bersebelahan dengan Danareksa Tower.
Rep: Muhammad Nursyamsi Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan kehadiran BSI Tower akan menjadikan kawasan sekitar Monas menjadi pusat pertumbuhan baru di Jakarta. Erick menyampaikan gedung setinggi 22 lantai ini akan menjadi bangunan ikonik baru di Jakarta. 

Baca Juga


"Jadi nanti ini penuh hijau seperti taman di luar negeri, karena itu aset-aset BUMN sekitar ini nanti kita menjadi satu wadah yang kita namakan untuk properti fund atau investasi untuk untuk pembangunan kawasan," ujar Erick saat groundbreaking pembangunan gedung Bank Syariah Indonesia (BSI) Tower di Jalan Merdeka Selatan, nomor 17, Jakarta Pusat, Kamis (9/11/2023). 

Erick menyampaikan BUMN memiliki sejumlah aset potensial di sekitar Monas, mulai dari Gedung Danareksa, Pertamina, Berdikari, Kementerian BUMN, dan terbaru BSI. Erick terus melakukan konsolidasi agar kawasan ini punya nilai tambah setelah Jakarta tak lagi menjadi ibu kota negara. 

"Target selesai 18 bulan dan ini nanti terhubung dengan MRT di bawah dan kita bangun jembatan (ke Menara Danareksa) juga biar bisa terkoneksi," ucap Erick. 

Secara aspek bisnis, Erick menyebut BSI Tower juga memiliki daya tarik bagi perusahaan untuk berkantor di lokasi yang strategis. Erick mencontohkan kapasitas Menara Danareksa pada Mei lalu yang sudah 90 persen terisi atau lebih banyak dari target awal yang sebesar 75 persen. 

"Monas ini city center yang saya rasa Jakarta perlukan. Ada SCBD, perlu ada ini lagi, saya optimistis karena kawasan ini punya sejarah. Siapa yang tidak mau punya kawasan komersial, baik perkantoran dan lain-lain di depan Monas, jarang-jarang, ini sesuatu aset yang luar biasa, jadi kita bikin value creation baru," ucap Erick. 

Erick menambahkan Indonesia memerlukan banyak megakota untuk menyokong pertumbuhan ekonomi. Dengan jumlah penduduk mencapai 315 juta orang pada 2035, Erick menilai Indonesia tak bisa hanya berpangku pada satu atau dua megakota. 

"Jakarta sendiri ini sudah 18 juta-20 juta (penduduk) kalau kita bicara Jabodetabek. Artinya selama terus kita membangun memperbaiki, pasti kesempatan dari pertumbuhan ekonomi dan pembukaan lapangan pekerjaan akan terjadi," kata Erick. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler