Dokter RS Al-Shifa Sebut Situasi Setelah Penyerbuan Pasukan Israel Mengerikan

Israel menuduh Hamas memiliki markas komando di bawah bangunan RS Al-Shifa.

Dr. Marawan Abu Saada via AP
Foto ini yang dirilis oleh Dr. Marawan Abu Saada menunjukkan bayi -bayi Palestina yang lahir sebelum waktunya di Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza pada hari Minggu, 12 November 2023. Ketika pihak berwenang Palestina mengusulkan evakuasi rumah sakit terbesar Gaza, para ahli memperingatkan bahwa mengangkut bayi yang rentan dan pasien lainnya berbahaya bahkan dalam keadaan terbaik.
Rep: Kamran Dikarma Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Para staf medis yang bekerja di Rumah Sakit (RS) Al-Shifa di Jalur Gaza dilanda ketakutan pasca pasukan Israel menyerbu RS tersebut pada Rabu (15/11/2023) dini hari waktu setempat. Penyerbuan itu dilakukan karena Israel menuduh Hamas memiliki markas komando di bawah bangunan RS Al-Shifa.

"Pengeboman. Penembakan di dalam dan di sekitar RS. Benar-benar mengerikan, Anda bisa merasakan bahwa lokasinya sangat dekat dengan RS. Dan kemudian kami menyadari bahwa tank-tank (Israel) bergerak di sekitar RS," kata Ahmed El Mokhallalati, seorang dokter bedah di RS Al-Shifa, ketika diwawancara via telepon oleh Reuters.

Dia mengungkapkan, tank-tank Israel kini terparkir di depan unit gawat darurat RS Al-Shifa. Sementara aksi penembakan tetap berlangsung. “Segala jenis senjata digunakan di sekitar RS. Mereka (pasukan Israel) menargetkan RS secara langsung. Kami berusaha menghindari berada di dekat jendela,” ucap El Mokhallalati. 

Meski tembakan dilepaskan, El Mokhallalati merasa apa yang didengarnya bukan sebuah baku tembak. “Salah satu kamar pasien menjadi sasaran. Ada tembok utuh. Tidak ada yang terluka tapi semua orang ketakutan," katanya. 

El Mokhallalati membantah tuduhan Israel yang menyebut terdapat markas militer Hamas di bawah bangunan RS Al-Shifa. Dia pun menyangkal tudingan Israel yang mengatakan bahwa Hamas menggunakan para pasien dan warga sipil yang berada di RS Al-Shifa sebagai tameng manusia. “Kami tahu ini bohong,” ujarnya.

Sementara itu Otoritas Palestina menyerukan perlindungan internasional bagi staf medis, pasien, dan para pengungsi yang berada di RS Al-Shifa.

Baca Juga


“(Penyerbuan Israel) merupakan pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional, hukum kemanusiaan internasional, dan Konvensi Jenewa, serta perpanjangan dari semua pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan oleh pendudukan terhadap rakyat kami,” kata Kementerian Luar Negeri Palestina, Rabu, dikutip Anadolu Agency

Palestina menegaskan, Israel bertanggung jawab penuh atas keselamatan seluruh staf medis, pasien, dan warga sipil yang berada di RS Al-Shifa. Menurut kantor media pemerintah Gaza, terdapat sekitar 1.500 staf medis, 700 pasien, 39 bayi prematur, dan 7.000 pengungsi di dalam kompleks medis Al-Shifa.

Hamas telah mengecam operasi penyerbuan pasukan Israel ke RS Al-Shifa. Hamas telah berulang kali membantah tudingan yang menyebutnya menempatkan aset serta pasukannya di bangunan atau fasilitas sipil seperti sekolah dan RS. Terkait penyerbuan ke Al-Shifa, Hamas turut menuduh Amerika Serikat (AS) bertanggung jawab.

“Penerapan narasi palsu (Israel) oleh Gedung Putih dan Pentagon, yang mengeklaim perlawanan (Hamas) menggunakan kompleks medis Al Shifa untuk tujuan militer, adalah lampu hijau bagi pendudukan (Israel) untuk melakukan lebih banyak pembantaian terhadap warga sipil,” kata Hamas.

AS belum merilis pernyataan resmi terkait operasi penyerbuan pasukan Israel ke RS Al-Shifa. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, hingga Selasa lalu, jumlah warga Gaza yang terbunuh sejak dimulainya agresi Israel ke wilayah tersebut pada 7 Oktober 2023 lalu telah mencapai 11.255 jiwa. Di dalamnya termasuk 4.630 anak-anak, 3.130 perempuan, dan 682 lansia.

Sementara korban luka melampaui 29 ribu orang. Agresi Israel juga menyebabkan sekitar 1,5 juta warga Gaza telantar dan mengungsi. 

 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler