Mengapa Museum Pulau Onrust Larang Pengunjung Bikin Konten Seram?

Ada banyak sejarah yang tersimpan di kawasan cagar budaya Pulau Onrust.

Republika/ Haura Hafizhah
Pulau Onrust, Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau yang berada di ujung utara Jakarta ini sempat difungsikan sebagai benteng pertahanan besar VOC dan sebagai penjara oleh tentara Jepang.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengelola Museum Arkeologi Pulau Onrust, Kepulauan Seribu, Jakarta, melarang pengunjung membuat konten seram untuk ditayangkan di media sosial ataupun media elektronik saat berada di kawasan bersejarah ini. Apa alasannya?

"Kebijakan ini dilakukan untuk memperbaiki kesan seram atau mengerikan yang kerap dilekatkan publik pada Pulau Onrust," kata Ketua Satuan Pelaksana Museum Arkeologi Pulau Onrust Teuku Muhammad Rizki di Jakarta, Kamis (16/11/2023).

Baca Juga



Rizki mengakui cukup sulit untuk memisahkan kesan tersebut karena pulau yang berada di ujung utara Jakarta ini sempat difungsikan sebagai benteng pertahanan besar VOC dan sebagai penjara oleh tentara Jepang. Terlebih, sejarah itu pula yang membuat Pulau Onrust beberapa kali sempat jadi lokasi pembuatan film beraliran horor oleh sineas dalam negeri.

Kendati demikian, Rizki menyebutkan, ada banyak sejarah lain yang tersimpan di kawasan cagar budaya itu dan lebih baik untuk dikedepankan. Sejarah tersebut misalnya, Pulau Onrust pernah menjadi dermaga pembuatan dan perbaikan kapal dengan kecanggihan teknologi yang melampaui masanya, dan sebagai penyimpanan komoditas ekspor rempah ternama era VOC (1610 Masehi).

Hal demikian salah satunya dibuktikan oleh James Cook, seorang navigator dan penjelajah samudera pasifik dan asal Inggris pada 1714. Cook memilih berlabuh di Pulau Onrust untuk memperbaiki kapal layarnya yang rusak.

"Banyak dituliskan James Cook menyebutkan galangan kapal Pulau Onrust terbaik di dunia karena dilengkapi teknologi memutar balikkan kapal dengan tenaga kincir angin," kata dia.

Selanjutnya, juga ada sisa-sisa material bangunan benteng besar Onrust yang kokoh dan bertahan selama ratusan tahun hingga saat ini. Rizki menilai hal tersebut membuktikan kemahsyuran teknologi infrastruktur yang patut untuk dibanggakan dan diperkenalkan lebih luas kepada publik.

"Sebagai bagian edukasi sejarah itu yang akan kami ekspose lebih jelas, saat ini sedang berlangsung kegiatan ekskavasi arkeologi menentukan bagian bangunan benteng besar secara utuh," jelasnya.

Rizki menyebut, dalam waktu dekat pihaknya juga melakukan penataan yang bernilai estetika di pulau seluas 8,22 hektare dan berdampingan dengan Pulau Wisata Bidadari. Itu dilakukan untuk membuat pengunjung lebih nyaman.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler