KIsah Abu Hurairah dan Ibunya

Abu Hurairah dikenal sebaai sahabat Rasulullah yang banyak meriwayatkan hadis, tapi juga terkenal sebagai anak yang taat pada ibunya.

network /Rumah Berkah
.
Rep: Rumah Berkah Red: Partner

Abu Hurairah dan Ibunya


Sahabat Rumah Berkah

Kita semua mengenal nama Abu Hurairah. Dia adalah sahabat Rasulullah, dan merupakan salah satu pengumpul hadis terbanyak dari yang lainnya.

Waktu kecil dia sangat sayang kepada seekor anak kucing betina yang dalam bahasa Arab disebut Hurairah. Sejak itu dia dikenal dengan panggilan Abu Hurairah. Setelah masuk Islam, Rasulullah SAW lebih suka memanggilnya Abu Hirr sebagai panggilan akrab, dan dia lebih suka panggilan itu. Abu Hirr artinya penyayang kucing jantan. Nama aslinya Abdus Syams (hamba matahari), oleh Rasulullah SAW diganti Abdur Rahman (hamba Allah Yang Maha Penyayang).

Abu Hurairah RA berasal dari suku Daus, dan dia masuk Islam melalui Thufail bin ‘Amir ad-Dausy, salah seorang pemimpin suku tersebut. Setelah masuk Islam, pemuda ad-Dausy ini pergi ke Madinah menemui Nabi. Dia sudah bertekad untuk berkhidmad kepada Nabi, melayani utusan Allah tersebut sepenuh hati. Dia tinggal di beranda rumah Nabi di samping masjid bersama ahli shuffah. Tiap waktu dia bisa shalat di belakang Nabi dan mendengarkan pesan-pesan dan pelajaran yang berharga dari manusia pilihan itu.

Baca Juga: Nuriyah, Sosok Ibu yang Melahirkan Anak Ajaib

Abu Hurairah waktu itu belum menikah, tapi dia mempunyai seorang ibu yang sudah tua yang sangat disayanginya. Dia sangat ingin ibunya memeluk Islam, tapi ibunya menolak, bahkan mencela Rasulullah SAW. Abu Hurairah sangat sedih. Lalu dia pergi menemui Rasulullah sambil menangis. “Kenapa engkau menangis wahai Abu Hirra?” sapa Nabi. Abu Hurairah menjelaskan apa yang menyebabkan hatinya galau, sambil meminta Rasulullah agar mendo’akan ibunya. Lalu Nabi mendo’akan semoga hati ibu Abu Hurairah terbuka untuk menerima Islam.

Pada suatu hari Abu Hurairah pulang menemui ibunya. Sebelum membuka pintu dia mendengar suara gemericik air, kemudian terdengar suara ibunya: “Tunggu di tempatmu, nak!” Barangkali ibunya sedang mengganti pakaian. Setelah dipersilakan masuk, Abu Hurairah kaget tatkala ibunya langsung menyambut dengan ucapan dua kalimah syahadah. Alangkah bahagianya Abu Hurairah, apa yang selama ini menjadi idamannya sudah tercapai. Segera dia kembali menemui Rasulullah sambil menangis: “Dulu aku menangis karena sedih, sekarang aku menangis karena gembira,” bisik Abu Hurairah dalam hatinya.

Abu Hurairah sangat menyayangi ibunya, lebih-lebih setelah ibunya masuk Islam. Dia selalu hormat dan berbakti kepada ibunya. Setiap akan pergi meninggalkan rumah dia berdiri lebih dahulu di depan pintu kamar ibunya mengucapkan salam: “Assalamu ‘alaiki wa rahmatullah wa barakatuh ya ummah!” Ibunya menjawab dengan lembut: “wa ‘alaikassalam wa rahmatullahi wa barakatuh ya bunayya.”

Artikel Terkait:

Ksatria Terakhir Kekhalifahan Turki Utsmani

Said Nursi: Enam Penyakit Kaum Muslimin


Kemudian Abu Hurairah mendoakan ibunya: “rahimakillahu kama rabbaitini shaghira” (semoga Allah mengasihi ibu sebagaimana ibu merawatku waktu kecil). Ibunya membalas doa puteranya dengan doa yang tidak kalah indahnya: “wa rahimakallahu kama barartani kabira” (semoga Allah mengasihimu sebagaimana engkau berbuat baik kepadaku setelah engkau dewasa).

Abu Hurairah aktif mengajak orang lain agar memuliakan dan berbuat baik kepada kedua orang tua serta menyayangi mereka. Pada suatu hari dia melihat dua orang berjalan bersama-sama, yang satu lebih tua dari yang lainnya.

Abu Hurairah bertanya kepada yang muda, siapa orang tua ini" layout="responsive" width="480" height="270">iv>

Abu Hurairah sangat menyayangi ibunya, lebih-lebih setelah ibunya masuk Islam. Dia selalu hormat dan berbakti kepada ibunya. Setiap akan pergi meninggalkan rumah dia berdiri lebih dahulu di depan pintu kamar ibunya mengucapkan salam: “Assalamu ‘alaiki wa rahmatullah wa barakatuh ya ummah!” Ibunya menjawab dengan lembut: “wa ‘alaikassalam wa rahmatullahi wa barakatuh ya bunayya.”

Artikel Terkait:

Ksatria Terakhir Kekhalifahan Turki Utsmani

Said Nursi: Enam Penyakit Kaum Muslimin


Kemudian Abu Hurairah mendoakan ibunya: “rahimakillahu kama rabbaitini shaghira” (semoga Allah mengasihi ibu sebagaimana ibu merawatku waktu kecil). Ibunya membalas doa puteranya dengan doa yang tidak kalah indahnya: “wa rahimakallahu kama barartani kabira” (semoga Allah mengasihimu sebagaimana engkau berbuat baik kepadaku setelah engkau dewasa).

Abu Hurairah aktif mengajak orang lain agar memuliakan dan berbuat baik kepada kedua orang tua serta menyayangi mereka. Pada suatu hari dia melihat dua orang berjalan bersama-sama, yang satu lebih tua dari yang lainnya.

Abu Hurairah bertanya kepada yang muda, siapa orang tua ini? “Bapakku”, jawab anak muda itu. Lalu Abu Hurairah menasehatinya: “Janganlah engkau memanggilnya dengan menyebut namanya. Jangan berjalan di hadapannya. Dan jangan duduk sebelum dia duduk lebih dahulu.”

Begitulah, sisi lain dari Abu Hurairah, sahabat perawi hadits yang terkenal, sangat sayang kepada ibunya. Semoga bermanfaat.

(syahruddin el-fikri/RB)

Artikel Menarik Lainnya:

Kisah-Kisah Islami dan Inspiratif

Pembahasan Al-Quran

Tempat Bersejarah di Dunia Islam

Ulasan Seputar Buku dan Kitab Klasik

Cerita Abu Nawas dan Humor Lucu

Silakan beri komentar atas berita ini, dan monggo dibagikan bila bermanfaat.

Terima kasih.

sumber : https://rumahberkah.republika.co.id/posts/246089/kisah-abu-hurairah-dan-ibunya
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler