Yordania Ragu Israel Mampu Tumpas Hamas

Agresi Israel ke Gaza berisiko memantik konflik yang lebih besar.

AP/Francois Mori
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi.
Rep: Kamran Dikarma Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, MANAMA – Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi, meragukan Israel mampu menumpas atau melenyapkan Hamas di Jalur Gaza. Dia berpendapat, alih-alih sukses membasmi Hamas, agresi Israel ke Gaza berisiko memantik konflik yang lebih besar.

Baca Juga


“Israel mengatakan ingin melenyapkan Hamas. Ada banyak orang militer di sini, saya hanya tidak mengerti bagaimana tujuan ini bisa diwujudkan,” kata Safadi saat berbicara di pertemuan puncak IISS Manama Dialogue di Bahrain, Sabtu (18/11/2023).

“Perang ini tidak membawa kita ke mana-mana, melainkan menuju konflik yang lebih besar, penderitaan yang lebih besar, dan ancaman yang akan meluas menjadi perang regional,” ujar Safadi menambahkan.

Terlepas dari upaya Israel menumpas Hamas, dia mengingatkan bahwa Yordania akan menempuh segala cara untuk menghentikan gelombang pengungsian warga Palestina di tengah berlangsungnya agresi ke Gaza. “Kami tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi, selain merupakan kejahatan perang, hal itu juga merupakan ancaman langsung terhadap keamanan nasional kami. Kami akan melakukan apa pun untuk menghentikannya,” ucap Safadi.

Perang antara Hamas dan Israel di Gaza telah membangkitkan ketakutan yang sudah lama ada di Yordania. Mereka khawatir Israel bakal turut mengusir warga Palestina dari Tepi Barat dan memaksa mereka masuk ke wilayah Yordania. Selama ini Yordania telah menjadi salah satu negara yang menampung pengungsi Palestina dan keturunan mereka.

Tahun ini menjadi tahun paling mematikan bagi warga Palestina di Tepi Barat dalam 15 tahun terakhir. Menurut PBB, sepanjang tahun ini sudah terdapat sekitar 200 warga Palestina yang terbunuh di Tepi Barat. Angka kematian itu melonjak sejak pecahnya pertempuran antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu. 

PBB mengungkapkan, sejak 7 Oktober 2023, terdapat setidaknya 186 warga Palestina di Tepi Barat, 51 di antaranya merupakan anak-anak, yang dibunuh pasukan Israel. Selain itu, terdapat delapan warga Palestina lainnya, di dalamnya termasuk seorang anak, yang tewas akibat aksi kekerasan pemukim Yahudi Israel.

Sejak 7 Oktober 2023, terdapat lebih dari 190 ribu warga Israel yang telah mengajukan permohonan izin kepemilikan senjata api kepada Kementerian Keamanan Nasional Israel. Jumlah itu melonjak tajam dibandingkan dengan angka permohonan kumulatif yang terhitung sejak awal tahun hingga sebelum terjadinya serangan dan operasi infiltrasi Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu.

 

“Sejak awal perang (pasca serangan Hamas pada Oktober 2023), lebih dari 190 ribu permohonan izin senjata telah diajukan ke Kementerian Keamanan Nasional,” ungkap surat kabar Israel, Calcalist, dalam laporannya pada Senin (13/11/2023).

 

Calcalist mengatakan, dalam sepuluh bulan pertama tahun 2023, lebih dari 210 ribu permohonan izin kepemilikan senjata telah diajukan. Jumlah permohonan diperkirakan masih akan meningkat karena 2023 masih menyisakan sekitar 1,5 bulan. Menurut Calcalist, sepanjang tahun ini, otoritas Israel telah menerbitkan 31 ribu izin kepemilikan senjata untuk warganya. Pada 2022, dari 41 ribu permohonan, Israel hanya mengeluarkan 13 ribu izin.

Warga Palestina khawatir, kebijakan Israel mempersenjatai warganya mungkin menjadi dalih untuk melakukan pembunuhan dengan kedok “mencegah serangan”.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler