Khamenei: Tugas Utama Negara Muslim Adalah Memutus Hubungan Politik dengan Israel
Khamenei menyindir sejumlah negara Islam yang tidak mengecam kejahatan Israel.
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, meminta negara-negara Muslim untuk memutuskan hubungan politik dengan Israel. Desakan ini sebagai tanggapan atas serangan-serangan yang dilakukan di Gaza.
“Beberapa pemerintahan Islam mengecam kejahatan Israel di majelis, sementara beberapa lainnya tidak. Ini tidak dapat diterima,” kata Khamenei.
Khamenei menegaskan kembali bahwa tugas utama pemerintahan Islam adalah memutus akses Israel terhadap energi dan barang. “Pemerintahan Islam setidaknya harus memutuskan hubungan politik dengan Israel untuk jangka waktu terbatas,” ujarnya dalam acara kedirgantaraan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) pada Ahad (19/11/2023).
Selama pertemuan puncak bersama antara anggota Organisasi untuk Kerja Sama Islam dan Liga Arab di ibu kota Arab Saudi pada 11 November, negara-negara Muslim tidak setuju untuk menjatuhkan sanksi luas terhadap Israel, seperti yang diminta oleh Presiden Iran Ebrahim Raisi.
Khamenei pun meminta negara-negara Muslim untuk menghalangi aliran energi dan barang ke Israel. Awal bulan ini, dia mendesak negara-negara Muslim untuk memutuskan hubungan ekonomi dengan Israel dan menyerukan pemblokiran ekspor minyak dan makanan.
Khamenei melontarkan komentar terbarunya saat menghadiri pameran yang memamerkan senjata baru Pasukan Dirgantara IRGC, termasuk Fattah 2. Senjata itu merupakan versi baru dari rudal hipersonik pertama Iran.
“Dalam setiap adegan yang dimasuki generasi muda kita dengan tekad dan keyakinan, mereka mampu melakukan hal-hal besar, dan tanda-tanda tekad serta keyakinan terlihat jelas dalam pameran ini,” kata Khamenei dikutip dari Almayadeen.
“Tentunya kita tidak boleh berpuas diri dengan tingkat keberhasilan saat ini, karena berbagai sektor militer dan sipil di dunia terus maju dan maju, dan kita harus berusaha agar tidak ketinggalan," ujarnya
Iran meluncurkan rudal balistik hipersonik pertamanya yang dibuat di dalam negeri pada Juni. Iran mengklaim senjata ini dapat melewati sistem rudal anti-balistik paling canggih milik Amerika Serikat dan Israel.
“Fattah II” telah digambarkan oleh media pemerintah Iram sebagai rudal hipersonik dengan kemampuan meluncur dalam kategori senjata hipersonik HGV. Hanya empat negara di dunia, termasuk Iran yang memiliki teknologi untuk memproduksi senjata hipersonik jenis ini.